Jumat, 22 Agustus 2014

Tandus Dimusim Hujan


Tentang kata yang disembunyikan mawar pada tangkainya
saat duri tak lagi menjadi tameng
ketika dedaunan pun telah berubah warna
yang melayu dalam pelukan mentari pagi

Jua tentang aksara yang tersendat
terhenti dalam tanda tak berisyarat
yang meninggalkan teka-teki pada siang
sampai senja telah membayang

Dengarlah perempuanku...

Saat ini badai kehidupan tengah mengamuk
lautan jiwaku bergelora
ombak-ombaknya senandungkan lagu kematian
sedangkan syairnya dituliskan dengan pena api

Api yang menari di atas lembaran kertas kehidupan
yang membakar coretan masa lalu
hingga berubah menjadi serpihan-serpihan debu
dan debu itu berterbangan ke dalam lembaran hitam masa depan

Dengan apakah bait akan kutulis...

Sedangkan hatiku ingin berpuisi
haruskah aku menulis syair ini dalam kisah-kisah yang sedih
kisah yang dahulunya perna terjadi
dimana cinta hanya bisa ku impikan tanpa kumiliki

Dengan apakah waktu akan kulewati...

Sedangkan ladang jiwaku telah tandus dimusim hujan
bunga harapan pun berguguran di musim semi
hanya menyisakan tangkai-tangkai yang lapuk
di hamparan taman-taman suram kehidupan

@Pena_Signora

Tidak ada komentar:

Posting Komentar