Sunyi telah membalut segala desahnya
berguman tentang mimpi di ujung purnama
matanya yang seperti bintang
pucat berkerdip menakar langit kelam
Perempuan itu masih memeluk senja
masi setia mendekap hening samudera rasa
dengan sesegukan pada seuntai lara
mencari makna di balik guratan jingga
Sesekali terdengar isak tangisnya
yang mencurah laksana dendang gerimis
yang menyanyikan tembang sukma lara
tentang kelu yang mendiami jiwa
Sumringah nadamu di ujung senja
telah mencairkan dingin yang membeku
pun ketika ronamu tertangkap cahaya
ia menciptakan sebait puisi indah
Perempuan dalam balutan sunyi
berdiam dipalung abadi jiwa
bercerita pada malam dengan sendu
menyembunyikan duka di balik abadi rindu
Perempuan dalam balutan sunyi
padamu satu tahtah jiwa meminta
menukarkan redupmu dengan binar milikku
agar senyummu menjadi surya di awal pagi menoktah
dan tawamu menjadi warna bagi pelangi di kerlip senja
24 JUNI 2014
Langit Sastra Jingga
berguman tentang mimpi di ujung purnama
matanya yang seperti bintang
pucat berkerdip menakar langit kelam
Perempuan itu masih memeluk senja
masi setia mendekap hening samudera rasa
dengan sesegukan pada seuntai lara
mencari makna di balik guratan jingga
Sesekali terdengar isak tangisnya
yang mencurah laksana dendang gerimis
yang menyanyikan tembang sukma lara
tentang kelu yang mendiami jiwa
Sumringah nadamu di ujung senja
telah mencairkan dingin yang membeku
pun ketika ronamu tertangkap cahaya
ia menciptakan sebait puisi indah
Perempuan dalam balutan sunyi
berdiam dipalung abadi jiwa
bercerita pada malam dengan sendu
menyembunyikan duka di balik abadi rindu
Perempuan dalam balutan sunyi
padamu satu tahtah jiwa meminta
menukarkan redupmu dengan binar milikku
agar senyummu menjadi surya di awal pagi menoktah
dan tawamu menjadi warna bagi pelangi di kerlip senja
24 JUNI 2014
Langit Sastra Jingga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar