Jumat, 22 Agustus 2014

Lagu Rindu Dari Sindang Darah

Angin gunung menyibak helai demi helai daun ilalang
seekor burung putih bersarang didalamnya
aku berjalan sendirian menguak embun
melangkah terseok menjelajahi pagi yang dingin

Kulihat sang fajar tertawa hambar
memandang kecut senyumku yang sinis menghujam
wajah langit bergelimang samar warna temaram
kabut putih melayang jatuh dipangkuan

Cahaya pagi telah membangunkan kesepian malam
dan suara-suara merdu bergema
bersenandungkan puja puji bagi Maharaja langit
tapi aku masih tak dapat menangkap semua keindahan
hatiku bergetar menahan rindu menyesakkan

Sudah berkali-kali kulewati tempat ini
tak terhitung banyak waktu yang kulalui dalam sunyi
betapa bosan kurasakan bila saat sendiri
kala bisikan rindu mengusik hari demi hari

Rinduku...

Aku merindukan senandung merdu kampung halaman
yang menari gemulai dilereng bukit kayu manang
juga petikan kecapi aliran sungai batang lengayang
yang berdenting mesra dalam kecipak air lubuk larangan

Aku merindukan dentuman ombak laut pesisir selatan
yang bertabuh riuh kehamparan dinding-dinding karang
juga nyanyian gembira bocah-bocah pedesaan
yang mengalun lantang menembang lagu penuh harapan

Dan

Aku merindukan semerbak wangi tanah tumpah darah
tempat tangis pertama kali mengoyak langit dunia
juga senyum mesra
dan panggilan lembut ayah bunda
serta belai kasihnya yang tercurah sepenuh cinta



Lagu Rindu
Dari Sindang Darah

23 Januari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar