Aku datang kepada laut,
kurasakan gelombang-gelombang panjangnya
bergemuruh dalam dadaku
Ia memainkan melodi ombak nan syahdu
lalu mengilhamkan maknanya kejantungku
Kala senja baru muncul dari bibir langit
Sinar surya jatuh diatas gaunnya yang biru
memoleskan warna merah tembaga
pada tiap lengkung riak dibuihnya nan putih
Angin genit berlarian diatas sayap gelombangnya
yang berkejaran menuju tepi
untuk memeluk pantainya yang anggun
Laut yang luas tak pernah tidur barang sejenak
ia senantiasa bergerak
dan bernyanyi riang dari pantai kepantai
Keluwesan terlihat dari gemulai jemarinya nan ombak
menari lincah bersama camar-camar hitam
yang berterbangan diatas permukaannya
yang tak perna diam dan tenang
Laut yang luas;
seluas kata yang tak perna habis menuliskan lekuknya
ia seumpama jantung yang terus berdenyut
yang berdetak kencang didada bumi
Malam yang sunyi tak bisa mematikan hasrat lagunya
karna ia seperti angin yang tak berhenti bernyanyi
terus terjaga sepanjang hari
untuk menemani pantainya yang sepi
28 Agustus 2014
@Pena_Signora
Aku tak memiliki apa pun yang bisa kuberikan padamu, hanya kekayaan hati warisan dari angin dan hujan, yang tak kan habis untuk berbagi ketabahan
Jumat, 17 Oktober 2014
Kuakui
Kuakui;
aku telah tertinggal sangat jauh
disaat semua jiwa telah berubah menjadi kota
hatiku tetaplah desa yang lugu
yang tak perna tersentuh mesin-mesin waktu
Dan sementara semua orang
telah membangun dinding-dinding megah
bagi istana jiwanya
hatiku masihlah gubuk beralas jerami
yang tetap setia dengan kesederhanaannya
Sungguh kuakui;
aku telah ditinggalkan kereta peradaban
dan tercecer jauh dibelakang
seperti rumah kecil
yang tak bisa menjangkau atap-atap zaman
26 Agustus 2014
@Pena_Signora
aku telah tertinggal sangat jauh
disaat semua jiwa telah berubah menjadi kota
hatiku tetaplah desa yang lugu
yang tak perna tersentuh mesin-mesin waktu
Dan sementara semua orang
telah membangun dinding-dinding megah
bagi istana jiwanya
hatiku masihlah gubuk beralas jerami
yang tetap setia dengan kesederhanaannya
Sungguh kuakui;
aku telah ditinggalkan kereta peradaban
dan tercecer jauh dibelakang
seperti rumah kecil
yang tak bisa menjangkau atap-atap zaman
26 Agustus 2014
@Pena_Signora
Aksara Dibalik Dinding
Aku melihat kesedihan telah turun kejalan-jalan
ia datang dari balik tembok kota yang dingin
menyusup kedalam mulut-mulut trotoar
Aku melihat kesedihan menari diantara kerlip lampu jalanan
mementaskan seribu nestapa kehidupan
Kesedihan bukan lagi air mata
kini ia telah menjadi darah dalam darah
membeku disetiap nadi kota
menjadi racun dalam gelas-gelas berkaca
kemana kemanusian bersembunyi
Saat kereta kematian
telah menggelinding menembus rel-rel kelam peradaban
diantara kemegahan
yang tertidur pulas dibawa kaki zaman
kemana kemanusiaan bersembunyi
Saat serombongan burung gagak berkaok
mengintai dibalik jendela
memunguti darah-darah pesakitan yang tak lagi merah
saat srigala-srigala lapar
telah mengambil keringat dijantungnya
Wahai saudaraku yang merintih dipojok jalan
yang mengunyah nasi dengan mata berkaca
yang menanti pagi berselimut sisa gelisah
Matamu adalah belati
tajam menyayat
menusuk jantung matahari
Wahai saudaraku yang yang tertembus peluru waktu
yang menghitung-hitung hari dengan wajah membeku
yang duduk diam dipangkuan malam
Matamu adalah dendam
berkilat sunyi
membelah dada rembulan
26 Agustus 2014
@Pena_Signora
ia datang dari balik tembok kota yang dingin
menyusup kedalam mulut-mulut trotoar
Aku melihat kesedihan menari diantara kerlip lampu jalanan
mementaskan seribu nestapa kehidupan
Kesedihan bukan lagi air mata
kini ia telah menjadi darah dalam darah
membeku disetiap nadi kota
menjadi racun dalam gelas-gelas berkaca
kemana kemanusian bersembunyi
Saat kereta kematian
telah menggelinding menembus rel-rel kelam peradaban
diantara kemegahan
yang tertidur pulas dibawa kaki zaman
kemana kemanusiaan bersembunyi
Saat serombongan burung gagak berkaok
mengintai dibalik jendela
memunguti darah-darah pesakitan yang tak lagi merah
saat srigala-srigala lapar
telah mengambil keringat dijantungnya
Wahai saudaraku yang merintih dipojok jalan
yang mengunyah nasi dengan mata berkaca
yang menanti pagi berselimut sisa gelisah
Matamu adalah belati
tajam menyayat
menusuk jantung matahari
Wahai saudaraku yang yang tertembus peluru waktu
yang menghitung-hitung hari dengan wajah membeku
yang duduk diam dipangkuan malam
Matamu adalah dendam
berkilat sunyi
membelah dada rembulan
26 Agustus 2014
@Pena_Signora
Minggu, 24 Agustus 2014
Menangislah Nak
Menangislah nak
menangislah
curahkan semua air matamu
biarkan ia bercerita dalam kesenduannya
tapi jangan perna mencela dirimu sendiri
ataupun mengutuk takdir yang kau jalani
Karna air mata juga datang dari rahmadNya
kau tak kan bisa menahan beban yang berat
tanpa mengurangi sedikit dari apa yang telah kau pikul
bukankah sungai-sungai juga meluap
bila disuruh menanggung semua duka derita bumi
Menangislah nak
tapi jangan kau benci kehidupan ini
karna kehidupan tiada bersalah padamu
juga tak perlu menyalahkan dirimu sendiri
karna segala sesuatu terjadi adalah atas kehendak langit
Menangislah
tapi jangan kau buat air matamu sia-sia
Tulislah kebijaksanaan pada tiap butiran air mata yang kau tumpahkan,
karna di sana ada cinta yang berdiam,
ialah kebekuan hatimu
yang telah dicairkan oleh api kepedihan
Ubahlah segala kegetiranmu menjadi senandung abadi
bernyanyilah semerdu-merdunya di balik kesunyian yang dalam
agar kau bisa merasakan betapa semua keindahan
sesungguhnya terletak pada hati yang bisa meraba
serta mendengarkan kidung rahasia langit
bergema syahdu dalam keheningan bathinmu
Menangislah nak
tapi jangan untuk masa lalu mu yang kelam
menangislah untuk cinta yang telah membangunkan kesadaranmu
dan melenyapkan semua beban dihatimu
Karna tanpa sentuhan kasih mesraNya
kau tak kan bisa merobah dinding duka cita
menjadi benteng kesabaran yang kokoh
serta menyanyikan kidung derita seperti dendang malam
yang berisikan zikir-zikir cinta penuh penghayatan
Menangislah nak
menangislah
curahkanlah semua air matamu
tapi jangan kau mengutuk nasibmu
atau menyesali kelahiranmu
menangislah untuk memohon petunjuk Tuhan
serta segala pengampunanNya
agar air matamu tak sia-sia
dan bathinmu menjadi tenang
dalam genggaman tangan perkasaNya
Bogor : 24 Januari 2014
menangislah
curahkan semua air matamu
biarkan ia bercerita dalam kesenduannya
tapi jangan perna mencela dirimu sendiri
ataupun mengutuk takdir yang kau jalani
Karna air mata juga datang dari rahmadNya
kau tak kan bisa menahan beban yang berat
tanpa mengurangi sedikit dari apa yang telah kau pikul
bukankah sungai-sungai juga meluap
bila disuruh menanggung semua duka derita bumi
Menangislah nak
tapi jangan kau benci kehidupan ini
karna kehidupan tiada bersalah padamu
juga tak perlu menyalahkan dirimu sendiri
karna segala sesuatu terjadi adalah atas kehendak langit
Menangislah
tapi jangan kau buat air matamu sia-sia
Tulislah kebijaksanaan pada tiap butiran air mata yang kau tumpahkan,
karna di sana ada cinta yang berdiam,
ialah kebekuan hatimu
yang telah dicairkan oleh api kepedihan
Ubahlah segala kegetiranmu menjadi senandung abadi
bernyanyilah semerdu-merdunya di balik kesunyian yang dalam
agar kau bisa merasakan betapa semua keindahan
sesungguhnya terletak pada hati yang bisa meraba
serta mendengarkan kidung rahasia langit
bergema syahdu dalam keheningan bathinmu
Menangislah nak
tapi jangan untuk masa lalu mu yang kelam
menangislah untuk cinta yang telah membangunkan kesadaranmu
dan melenyapkan semua beban dihatimu
Karna tanpa sentuhan kasih mesraNya
kau tak kan bisa merobah dinding duka cita
menjadi benteng kesabaran yang kokoh
serta menyanyikan kidung derita seperti dendang malam
yang berisikan zikir-zikir cinta penuh penghayatan
Menangislah nak
menangislah
curahkanlah semua air matamu
tapi jangan kau mengutuk nasibmu
atau menyesali kelahiranmu
menangislah untuk memohon petunjuk Tuhan
serta segala pengampunanNya
agar air matamu tak sia-sia
dan bathinmu menjadi tenang
dalam genggaman tangan perkasaNya
Bogor : 24 Januari 2014
Merpati Dan Sebuah Cerita
Dan langit pun kini memerah
ketika senja datang memadu warna
seiring desah merpati tua
yang mendendangkan kidung buana
Merpati tua bersayap sunyi
penghuni asli lembah mati
semenjak badai remukkan hari
tetap setia tak mau pergi
Merpati tua menghitung masa
bertengger sepi diatas tebing lembah
rindukan kisah cerita lama
saat musim seindah bunga
Merpati tua berkaca lara
memandang kosong arakkan mega
mencengkram senja dengan gelisah
dendangkan nada penuh luka
merpati tua mengibas resah
kepakkan sayap susuri lembah
rindunya kini tinggal cerita
sepi bernyanyi menembang duka
Duhai kau merpati tua
serak kicau mu arungi senja
lirikmu getir penuh derita
kisruh mengalun menampar lembah
Duhai kau merpati tua
kisahmu
kisahku
kisah kita sama
merindu pada sebuah masa
yang telah sirna dimakan usia
Duhai kau merpati tua
senja kita senja berdarah
senja hening galaukan jiwa
sepi sendiri tanpa cerita
Bogor : 19 November 2013
ketika senja datang memadu warna
seiring desah merpati tua
yang mendendangkan kidung buana
Merpati tua bersayap sunyi
penghuni asli lembah mati
semenjak badai remukkan hari
tetap setia tak mau pergi
Merpati tua menghitung masa
bertengger sepi diatas tebing lembah
rindukan kisah cerita lama
saat musim seindah bunga
Merpati tua berkaca lara
memandang kosong arakkan mega
mencengkram senja dengan gelisah
dendangkan nada penuh luka
merpati tua mengibas resah
kepakkan sayap susuri lembah
rindunya kini tinggal cerita
sepi bernyanyi menembang duka
Duhai kau merpati tua
serak kicau mu arungi senja
lirikmu getir penuh derita
kisruh mengalun menampar lembah
Duhai kau merpati tua
kisahmu
kisahku
kisah kita sama
merindu pada sebuah masa
yang telah sirna dimakan usia
Duhai kau merpati tua
senja kita senja berdarah
senja hening galaukan jiwa
sepi sendiri tanpa cerita
Bogor : 19 November 2013
Neraka Disenyumku
Kematian tercium diujung-ujung penaku
maut bernyanyi diuntain syair tertulis
baitku bait yang hening
kelam terangkai dikertas sunyi kehidupan
aku bukan kekasih waktu
bukan juga perindu musim
aku adalah tinta merah
pelukis kata penuh luka
cakrawala...
akan kuhias wajah mu
dengan tembang-tembang berdarah
kan ku nyanyikan dendam
sebagai kidung paling indah
hingga waktu kan tertidur disetiap perputarannya
dan alam pun menjadi senyap karna gelisah
saksikanlah...
saat senyum pecinta berubah sinis menebar petaka
dingin berhembus membawa badai bencana
menelan habis keindahan bunga-bunga
dan menggantikannya dengan ratapan penuh duka
saksikanlah...
saat putih kan berubah hitam
sinar terang kan berganti kegelapan
kan kuciptakan neraka disenyumku
serta kebencian dimataku
maut bernyanyi diuntain syair tertulis
baitku bait yang hening
kelam terangkai dikertas sunyi kehidupan
aku bukan kekasih waktu
bukan juga perindu musim
aku adalah tinta merah
pelukis kata penuh luka
cakrawala...
akan kuhias wajah mu
dengan tembang-tembang berdarah
kan ku nyanyikan dendam
sebagai kidung paling indah
hingga waktu kan tertidur disetiap perputarannya
dan alam pun menjadi senyap karna gelisah
saksikanlah...
saat senyum pecinta berubah sinis menebar petaka
dingin berhembus membawa badai bencana
menelan habis keindahan bunga-bunga
dan menggantikannya dengan ratapan penuh duka
saksikanlah...
saat putih kan berubah hitam
sinar terang kan berganti kegelapan
kan kuciptakan neraka disenyumku
serta kebencian dimataku
Lelaki Dan Sepi
Lelaki dalam sepi
duduk diam diberanda hari
memandang senja yang berlari
dicengkram gelisah saat sendiri
Lelaki dibatas jenuh
hening terpaku diusik rindu
mendesah getir menghujat waktu
kala senja pelan berlalu
Lelaki tertebas masa
resah menembang lagu duka
serak merintih suaranya
kusut bermimpi tentang cinta
Lelaki resapi luka
cumbui derita dalam doa
hembuskan nafas padamkan lara
redamkan rindu dihatinya
Lelaki dalam sunyi
memeluk malam menebas perih
mendekap hitam mimpi-mimpi
terlelap hening mengejar pagi
duduk diam diberanda hari
memandang senja yang berlari
dicengkram gelisah saat sendiri
Lelaki dibatas jenuh
hening terpaku diusik rindu
mendesah getir menghujat waktu
kala senja pelan berlalu
Lelaki tertebas masa
resah menembang lagu duka
serak merintih suaranya
kusut bermimpi tentang cinta
Lelaki resapi luka
cumbui derita dalam doa
hembuskan nafas padamkan lara
redamkan rindu dihatinya
Lelaki dalam sunyi
memeluk malam menebas perih
mendekap hitam mimpi-mimpi
terlelap hening mengejar pagi
Damailah Dalam Tembang-Nya
Lihatlah sayang
senja mulai meredup kini
temaramnya telah membungkus peluh kita
mari kita songsong malam yang menjemputnya
Dapatkah kau rasakan sayangku
kesejukan yang berhembus pada semilir angin
yang bertiup dirambut ikalmu
dan mendesah dalam lelah kita
Damailah sayangku
Damailah bersama malam yang hening
mari kita menunggu fajar esok hari
dengan hati yang sabar
serta jiwa yang tenang
Jangan menangis sayang
janganlah kau bersedih
Karna wajah yang berhias duka cita
laksana malam kehilangan rembulannya
mari duduk disampingku
dan berceritalah tentang sekawan bintang
Lihatlah sayang
begini indah malam terhampar
betapa kuasanya Tuhan yang menciptakan
pantaskah kita untuk melupakan nikmat dari rahmad-Nya
Bersyukurlah
Karna apa yang kita temukan dari duka cita kehidupan
adalah pengajaran bagi kesabaran kita
hati yang dipenuhi rasa sabar laksana cahaya
memberikan penerangan dalam bathin yang gelap
serta menuntunnya kepada jalan kebaikan
Ingatlah
Pohon duka derita yang ditumbuhkan diatas ladang kesabaran
akan menghasilkan rasa yang manis saat berbuah
semerbak keharumannya menyebar kepenjuru semesta
dan akarnya yang kokoh tak kan terpatahkan oleh badai kehidupan
Dia dapat hidup pada tiap musim tanpa tergoyahkan
tertawa bahagia pada musim bunga
dan tetap tersenyum manis pada musim kering
karna cinta semesta telah menguatkan doa dari kesabarannya
Bogor : 2 November 2013
senja mulai meredup kini
temaramnya telah membungkus peluh kita
mari kita songsong malam yang menjemputnya
Dapatkah kau rasakan sayangku
kesejukan yang berhembus pada semilir angin
yang bertiup dirambut ikalmu
dan mendesah dalam lelah kita
Damailah sayangku
Damailah bersama malam yang hening
mari kita menunggu fajar esok hari
dengan hati yang sabar
serta jiwa yang tenang
Jangan menangis sayang
janganlah kau bersedih
Karna wajah yang berhias duka cita
laksana malam kehilangan rembulannya
mari duduk disampingku
dan berceritalah tentang sekawan bintang
Lihatlah sayang
begini indah malam terhampar
betapa kuasanya Tuhan yang menciptakan
pantaskah kita untuk melupakan nikmat dari rahmad-Nya
Bersyukurlah
Karna apa yang kita temukan dari duka cita kehidupan
adalah pengajaran bagi kesabaran kita
hati yang dipenuhi rasa sabar laksana cahaya
memberikan penerangan dalam bathin yang gelap
serta menuntunnya kepada jalan kebaikan
Ingatlah
Pohon duka derita yang ditumbuhkan diatas ladang kesabaran
akan menghasilkan rasa yang manis saat berbuah
semerbak keharumannya menyebar kepenjuru semesta
dan akarnya yang kokoh tak kan terpatahkan oleh badai kehidupan
Dia dapat hidup pada tiap musim tanpa tergoyahkan
tertawa bahagia pada musim bunga
dan tetap tersenyum manis pada musim kering
karna cinta semesta telah menguatkan doa dari kesabarannya
Bogor : 2 November 2013
Rindu Menembang Bulan
Dawai-dawai berdenting dalam lenggang tarian bulan
menyibak sunyi yang mendekam direlung malam
terangkai syair seindah tembang dan nyanyian
dilirihkan angin lewat liukan batang ilalang
merdu merayu gemerisik ranting diujung dahan
saat sang bayu bisikkan tembang sang rembulan
berdendang daun-daun dipucuk pohon bersiulan
senada suara malam yang melirih bersahutan
lembut menyusup pendar cahaya sinar rembulan
mengibas pekat yang menaungi wajah malam
terdiam tangis yang merintih rindukan terang
terukir rindu dalam kemilau sebuah bayang
pelan merayap suara jiwa tembangkan bulan
liriknya mengalun seindah dendang sang biduan
malam berjalan dalam simponi dan nyanyian
merengkuh kasih yang berbisik dikedalaman
menyibak sunyi yang mendekam direlung malam
terangkai syair seindah tembang dan nyanyian
dilirihkan angin lewat liukan batang ilalang
merdu merayu gemerisik ranting diujung dahan
saat sang bayu bisikkan tembang sang rembulan
berdendang daun-daun dipucuk pohon bersiulan
senada suara malam yang melirih bersahutan
lembut menyusup pendar cahaya sinar rembulan
mengibas pekat yang menaungi wajah malam
terdiam tangis yang merintih rindukan terang
terukir rindu dalam kemilau sebuah bayang
pelan merayap suara jiwa tembangkan bulan
liriknya mengalun seindah dendang sang biduan
malam berjalan dalam simponi dan nyanyian
merengkuh kasih yang berbisik dikedalaman
Sudahi Perihmu Jiwaku
Sudahkah kau baca jiwaku
aksara yang dieja tanpa kata
tertulis pada bebatuan buana
dan tersusun tanpa bait
yang terangkai dalam kalimat sunyi
yang mendekam dalam selaksa hening
tergurat diuntaian waktu
pada kibasan detik yang berlalu
bacalah jiwaku....
untuk ribuan sepi tanpa makna
saat kau menangis diujung malam
pada sepenggal sesal yang kau biarkan
serta pada semua isak yang kau tahan
bacalah jiwaku....
bacalah dengan mata hatimu
saat pagi bernyanyi dalam setetes embun
pada setiap tarian bunga-bunga
pada lengkingan seruling gembala
yang mengalun diatas tebing-tebing lembah
bacalah jiwaku...
bacalah semua gelisahmu
saat waktu menguntai masa lalu
saat nafas tersengal ditangismu
saat belati waktu menyayatmu
hingga suara berubah jadi kelu
heninglah jiwaku....
heningkan air matamu
rebahkan penat pada makna diam
basuh duka dalam sukma malam
dan tersenyumlah memandang kenyataan
sudahi jiwaku....
sudahi semua perihmu
biarkan takdir yang akan membimbing langkahmu
seperti musim yang berjalan dalam kereta waktu
dan seperti waktu yang berdetak tanpa ragu
aksara yang dieja tanpa kata
tertulis pada bebatuan buana
dan tersusun tanpa bait
yang terangkai dalam kalimat sunyi
yang mendekam dalam selaksa hening
tergurat diuntaian waktu
pada kibasan detik yang berlalu
bacalah jiwaku....
untuk ribuan sepi tanpa makna
saat kau menangis diujung malam
pada sepenggal sesal yang kau biarkan
serta pada semua isak yang kau tahan
bacalah jiwaku....
bacalah dengan mata hatimu
saat pagi bernyanyi dalam setetes embun
pada setiap tarian bunga-bunga
pada lengkingan seruling gembala
yang mengalun diatas tebing-tebing lembah
bacalah jiwaku...
bacalah semua gelisahmu
saat waktu menguntai masa lalu
saat nafas tersengal ditangismu
saat belati waktu menyayatmu
hingga suara berubah jadi kelu
heninglah jiwaku....
heningkan air matamu
rebahkan penat pada makna diam
basuh duka dalam sukma malam
dan tersenyumlah memandang kenyataan
sudahi jiwaku....
sudahi semua perihmu
biarkan takdir yang akan membimbing langkahmu
seperti musim yang berjalan dalam kereta waktu
dan seperti waktu yang berdetak tanpa ragu
Mengeja Sepi
Tentang pena diujung malam
yang mengeja waktu pada bilangan kata
yang menasbihkan jiwa pada goresan aksara
dalam selembar kertas buram penuh noda
dan hanya coretan hening
yang tertulis tanpa warna
tergores tanpa nada
hilang ternggelam pada tinta kusut
ujung pena pada kertas malam
meliuk sunyi dalam tarian jemari
mengukir titik sebelum selesai
pada untaian syair yang belum usai
ujung pena goresan malam
merangkai sunyi dalam diam
kusam mengering pada tinta hitam
saat waktu kian mengelam
ujung pena inspirasi sunyi
bait pun terhenti pada titik sepi
hening terhanyut menguntai mimpi
saat letih mengoyak nurani
yang mengeja waktu pada bilangan kata
yang menasbihkan jiwa pada goresan aksara
dalam selembar kertas buram penuh noda
dan hanya coretan hening
yang tertulis tanpa warna
tergores tanpa nada
hilang ternggelam pada tinta kusut
ujung pena pada kertas malam
meliuk sunyi dalam tarian jemari
mengukir titik sebelum selesai
pada untaian syair yang belum usai
ujung pena goresan malam
merangkai sunyi dalam diam
kusam mengering pada tinta hitam
saat waktu kian mengelam
ujung pena inspirasi sunyi
bait pun terhenti pada titik sepi
hening terhanyut menguntai mimpi
saat letih mengoyak nurani
Jumat, 22 Agustus 2014
Cinta Dan Keyakinan
Bait ini masih mengisahkan tentang engkau dan aku
tentang kita...
yang mengais rindu dibebatuan aksara
yang tergores sunyi dalam sebuah coretan senja
kala cinta semakin kuat mencengkram jiwa
engkau dan aku...
adalah dua jiwa yang bernafas dalam rasa yang sama
suatu harapan...
yang selalu hadir dalam setiap lelap dan jaga
laksana jingga...
yang membias dalam pangkuan mega
engkau dan aku...
telah disatukan oleh jemari senja
kita adalah...
kenangan hitam masa lalu yang ingin tertawa bahagia dimasa depan
duka cita kehidupan,
telah kita lewati dengan segala pengorbanan
tak ada derita...
yang bisa mengusik sebuah keyakinan
karna engkau dan aku,
selalu seirama disetiap tembang serta nyanyian
tentang kita...
yang mengais rindu dibebatuan aksara
yang tergores sunyi dalam sebuah coretan senja
kala cinta semakin kuat mencengkram jiwa
engkau dan aku...
adalah dua jiwa yang bernafas dalam rasa yang sama
suatu harapan...
yang selalu hadir dalam setiap lelap dan jaga
laksana jingga...
yang membias dalam pangkuan mega
engkau dan aku...
telah disatukan oleh jemari senja
kita adalah...
kenangan hitam masa lalu yang ingin tertawa bahagia dimasa depan
duka cita kehidupan,
telah kita lewati dengan segala pengorbanan
tak ada derita...
yang bisa mengusik sebuah keyakinan
karna engkau dan aku,
selalu seirama disetiap tembang serta nyanyian
Katakan Cinta Dalam Cinta-Nya
Ku katakan" aku rindu,
pada pendar senja yang memerah
pada setiap sunyi yang bertahta,
saat aksara mengeja kata
dan sang langit pun meng'ilhaminya
yang kutulis dalam kaca-kaca buana,
bersama rindu yang menumpah
serta cinta yang memeluk jiwa
ku katakan"aku ingin lenyap kedalam pendar cahaya
bernaung dalam sayap-sayap cinta dan kasih-Nya
mengeja senja yang mendekap mesra buana
saat jingga menari dalam bayang-bayang merah
padamu senja"aku ingin menulis sebait kata,
kata yang bernyanyi dalam senandung rasa,
yang menembangkan suara-suara cinta,
dari gelisah rindu yang mencengkram jiwa
untukmu senja"dalam hening serta sunyiku
ku kirimkan rindu pada setiap nyanyian cemara
kurasakan cinta pada kasih dan sayang-Nya
serta ku katakan cintaku dalam cinta-Nya
pada pendar senja yang memerah
pada setiap sunyi yang bertahta,
saat aksara mengeja kata
dan sang langit pun meng'ilhaminya
yang kutulis dalam kaca-kaca buana,
bersama rindu yang menumpah
serta cinta yang memeluk jiwa
ku katakan"aku ingin lenyap kedalam pendar cahaya
bernaung dalam sayap-sayap cinta dan kasih-Nya
mengeja senja yang mendekap mesra buana
saat jingga menari dalam bayang-bayang merah
padamu senja"aku ingin menulis sebait kata,
kata yang bernyanyi dalam senandung rasa,
yang menembangkan suara-suara cinta,
dari gelisah rindu yang mencengkram jiwa
untukmu senja"dalam hening serta sunyiku
ku kirimkan rindu pada setiap nyanyian cemara
kurasakan cinta pada kasih dan sayang-Nya
serta ku katakan cintaku dalam cinta-Nya
Suara Itu Suaraku
Aku rindu
pada suara-suara...
suara-suara
merdu yang bernyanyi pada dua puluh tahun
yang lalu
suara tawa
seorang bocah yang menelanjangi waktu
saat dia bermain dibawa terik mentari
saat dia tertawa bahagia merengkuh hari
tika dia menangis saat sendiri
dan saat dia tersenyum memeluk mimpi
suara itu adalah suaraku
suara kehidupanku
suara merdu
pada dua puluh tahun yang berlalu
tak ada
yang kulupakan pada setiap kisahnya
karna semua
bait-bait itu masih tersimpan pada ruang jiwa
pada setiap sunyiku
saat pena kehidupan menulis diatas kertas hening
saat malam menangis dicumbui bayang-bayang sepi
dan saat sang waktu menyanyikan lagu-lagu sedih
aku rindu
pada suara-suara....
suara-suara....
indah yang dilantangkan bocah lelaki bengal
suara yang keluar tanpa kepalsuan
yang disenandungkan dalam keceriaan
dan tak terusik oleh nada sumbang kehidupan
dan suara itu
adalah nyanyian indahku...
lagu merdu yang tercipta pada dua puluh tahun yang berlalu
yang terukir diatas lembaran kenangan
diceritakan oleh sang waktu
dan disenandungkan dalam jiwaku
pada suara-suara...
suara-suara
merdu yang bernyanyi pada dua puluh tahun
yang lalu
suara tawa
seorang bocah yang menelanjangi waktu
saat dia bermain dibawa terik mentari
saat dia tertawa bahagia merengkuh hari
tika dia menangis saat sendiri
dan saat dia tersenyum memeluk mimpi
suara itu adalah suaraku
suara kehidupanku
suara merdu
pada dua puluh tahun yang berlalu
tak ada
yang kulupakan pada setiap kisahnya
karna semua
bait-bait itu masih tersimpan pada ruang jiwa
pada setiap sunyiku
saat pena kehidupan menulis diatas kertas hening
saat malam menangis dicumbui bayang-bayang sepi
dan saat sang waktu menyanyikan lagu-lagu sedih
aku rindu
pada suara-suara....
suara-suara....
indah yang dilantangkan bocah lelaki bengal
suara yang keluar tanpa kepalsuan
yang disenandungkan dalam keceriaan
dan tak terusik oleh nada sumbang kehidupan
dan suara itu
adalah nyanyian indahku...
lagu merdu yang tercipta pada dua puluh tahun yang berlalu
yang terukir diatas lembaran kenangan
diceritakan oleh sang waktu
dan disenandungkan dalam jiwaku
Tentang Waktu
Pada selaksa musim yang telah berlalu
dalam setiap jejak-jejak yang terhapus
saat gelap serta terang datang bergantian
dan untuk semua waktu yang sudah
tertinggal
untukmu jiwaku....
Ingatlah pada setiap pintu yang perna kau
buka
pada setiap jalan yang pernah kau tempuh
yang onak serta durinya telah kau tebas
dan semua kerikilnya pun telah kau bersihkan
katakan wahai engkau jiwaku
jelaskanlah kepada mereka
kepada setiap jiwa yang ingin merenungkan
dan kepada setiap telinga yang ingin
mendengarkan
ceritakan tentang waktu
tentang pagi yang berembun
tentang senja yang temaram
dan tentang malam yang menghitam
dan apakah
yang dapat kau baca....
dari setiap
lembar cerita semesta....
coba
terangkan tentang pagi...
pagi selalu datang bersama air mata malam
yang menjelma kedalam sebentuk embun
tergenang dalam telaga fajar
bergulir lembut memeluk ranting dan daun
pagi itu laksana gelak tawa seorang bocah
yang mengukir keceriaannya pada lukisan buana
dalam suara polos penuh kewajaran
seperti bayi yang baru terlahir dari rahim zaman
terangkanlah
tentang makna senja....
senja adalah temaram yang meredupkan siang
saat mentari telah bersimpuh dalam sajadah waktu
sinarnya yang suram terhanyut dalam hening
sampai akhirnya hilang dan tenggelam
senja itu laksana siang yang telah menua
menasbihkan kebijaksanaan waktu pada sisa cahayanya
hening dalam segala kepasrahan
sampai sang malam datang menjemputnya
dan terangkanlah
tentang hening malam....
malam adalah kegelapan yang telah tertidur
menghitam dalam pekatnya waktu
dan hanya menunggu datang keputusan sang rembulan
diantara segala harapan akan hadirnya sebuah terang
rembulan hanya akan muncul pada malam yang telah dijanjikan
tidak untuk semua malam
karna seperti itulah takdir mengatur waktu
dan jemari semestalah yang akan menunjukkan semua kebenarannya
dalam setiap jejak-jejak yang terhapus
saat gelap serta terang datang bergantian
dan untuk semua waktu yang sudah
tertinggal
untukmu jiwaku....
Ingatlah pada setiap pintu yang perna kau
buka
pada setiap jalan yang pernah kau tempuh
yang onak serta durinya telah kau tebas
dan semua kerikilnya pun telah kau bersihkan
katakan wahai engkau jiwaku
jelaskanlah kepada mereka
kepada setiap jiwa yang ingin merenungkan
dan kepada setiap telinga yang ingin
mendengarkan
ceritakan tentang waktu
tentang pagi yang berembun
tentang senja yang temaram
dan tentang malam yang menghitam
dan apakah
yang dapat kau baca....
dari setiap
lembar cerita semesta....
coba
terangkan tentang pagi...
pagi selalu datang bersama air mata malam
yang menjelma kedalam sebentuk embun
tergenang dalam telaga fajar
bergulir lembut memeluk ranting dan daun
pagi itu laksana gelak tawa seorang bocah
yang mengukir keceriaannya pada lukisan buana
dalam suara polos penuh kewajaran
seperti bayi yang baru terlahir dari rahim zaman
terangkanlah
tentang makna senja....
senja adalah temaram yang meredupkan siang
saat mentari telah bersimpuh dalam sajadah waktu
sinarnya yang suram terhanyut dalam hening
sampai akhirnya hilang dan tenggelam
senja itu laksana siang yang telah menua
menasbihkan kebijaksanaan waktu pada sisa cahayanya
hening dalam segala kepasrahan
sampai sang malam datang menjemputnya
dan terangkanlah
tentang hening malam....
malam adalah kegelapan yang telah tertidur
menghitam dalam pekatnya waktu
dan hanya menunggu datang keputusan sang rembulan
diantara segala harapan akan hadirnya sebuah terang
rembulan hanya akan muncul pada malam yang telah dijanjikan
tidak untuk semua malam
karna seperti itulah takdir mengatur waktu
dan jemari semestalah yang akan menunjukkan semua kebenarannya
Purnama Terindah
Pendar purnama
terang berkilau cahayanya
menahtahkan rona
pada selaksa bintang sekitarnya
ingin hati
untuk bernaung dalam indahnya
lewati malam
bersama kemilau sinarannya
cahaya purnama
membasahi padang malam
asmara mendesah
mengulum rindu penuh harapan
lagu cinta
menabuh sunyi perjalanan
tinggalkan jejak
pada sepenggal nyanyian bulan
hamparan langit
membentang hening berkilauan
bintang berpijar
menyapu malam berkerlipan
tembang mesra
mengalun merdu dibibir bulan
sendu merayu
dalam dentingan dawai sang malam
terang berkilau cahayanya
menahtahkan rona
pada selaksa bintang sekitarnya
ingin hati
untuk bernaung dalam indahnya
lewati malam
bersama kemilau sinarannya
cahaya purnama
membasahi padang malam
asmara mendesah
mengulum rindu penuh harapan
lagu cinta
menabuh sunyi perjalanan
tinggalkan jejak
pada sepenggal nyanyian bulan
hamparan langit
membentang hening berkilauan
bintang berpijar
menyapu malam berkerlipan
tembang mesra
mengalun merdu dibibir bulan
sendu merayu
dalam dentingan dawai sang malam
Bahagia Dalam Rasa
Senja ini kita kembali tenggelam dalam ketakjuban
rasa takjub yang muncul dari balik rahasia hening
yang hanya bisa kita rasakan berdua
saat mentari mencumbu mesra kesunyian kita
engkau dan aku
saling bersandar kepada setangkai rasa
rasa yang bersemayam disetiap nafas kita
jiwa kita pun menyatu kedalam geloranya
menghirup aroma rindu yang menaburkan wangi cinta
apakah
kita sepasang kekasih?
aku rasa tidak!
kita lebih dari itu
karna kita hidup dari nafas yang sama
dan berdiam dalam hening yang sama
kita telah menjalani banyak suka duka berdua
tertawa dalam kebahagiaan yang sama
dan meneguk kesedihan dari air mata yang sama
sungguh kita tak kan perna terpisahkan
karna memang tak ada alasan untuk itu
sebab kita tak perna kecewa dengan rasa sakit
tidak perna nelangsa karna derita
dan nyanyian kita pun selalu seirama
sungguh kita akan selalu bersama selamanya
engkau dan aku
telah bahagia dalam buaian rasa
rasa takjub yang muncul dari balik rahasia hening
yang hanya bisa kita rasakan berdua
saat mentari mencumbu mesra kesunyian kita
engkau dan aku
saling bersandar kepada setangkai rasa
rasa yang bersemayam disetiap nafas kita
jiwa kita pun menyatu kedalam geloranya
menghirup aroma rindu yang menaburkan wangi cinta
apakah
kita sepasang kekasih?
aku rasa tidak!
kita lebih dari itu
karna kita hidup dari nafas yang sama
dan berdiam dalam hening yang sama
kita telah menjalani banyak suka duka berdua
tertawa dalam kebahagiaan yang sama
dan meneguk kesedihan dari air mata yang sama
sungguh kita tak kan perna terpisahkan
karna memang tak ada alasan untuk itu
sebab kita tak perna kecewa dengan rasa sakit
tidak perna nelangsa karna derita
dan nyanyian kita pun selalu seirama
sungguh kita akan selalu bersama selamanya
engkau dan aku
telah bahagia dalam buaian rasa
"Aku Lelaki Titisan Waktu
Aku lelaki yang terlahir dari rahim waktu
tumbuh besar dalam pangkuan sang malam
diasuh oleh jemari sunyi penderitaan
pada ranjang hening kehidupan
aku lelaki titisan musim gugur
beranjak besar dalam naungan badai
belajar bertahan dibumi yang mengering
dan memahami hidup dalam bimbingan takdir
aku dewasa dalam kebijaksanaan masa
belajar kuat bersama onak derita
tak kan menyerah walau terus terluka
sampai kematian datang merenggut jiwa
aku lelaki penghuni ruang semesta
meniti waktu dalam laksaan langkah
berkelana menembus setiap duri yang menerpa
diatas tanah yang mengering juga basah
aku lelaki putra dunia
telah terbiasa mengobati luka
tak perna menangis dihajar derita
karna memang tak lagi punya air mata
tumbuh besar dalam pangkuan sang malam
diasuh oleh jemari sunyi penderitaan
pada ranjang hening kehidupan
aku lelaki titisan musim gugur
beranjak besar dalam naungan badai
belajar bertahan dibumi yang mengering
dan memahami hidup dalam bimbingan takdir
aku dewasa dalam kebijaksanaan masa
belajar kuat bersama onak derita
tak kan menyerah walau terus terluka
sampai kematian datang merenggut jiwa
aku lelaki penghuni ruang semesta
meniti waktu dalam laksaan langkah
berkelana menembus setiap duri yang menerpa
diatas tanah yang mengering juga basah
aku lelaki putra dunia
telah terbiasa mengobati luka
tak perna menangis dihajar derita
karna memang tak lagi punya air mata
Cerita Dibalik Perjalanan Waktu
Sehelai daun jatuh kebumi
mengering terbakar sengatan matahari
dihembus angin senja yang lalu
menghilang sudah bersama cerita waktu
masa lalu adalah puing reruntuhan
kidung merdu yang disuarakan oleh bibir
masa depan
mengisahkan hitam putih perjalanan
dan menjadikannya abadi dalam kenangan
siapakah yang dapat mengambil hikmah?
mengambil pelajaran dari setiap kayuhan
langkah
karna waktu laksana nada penuh warna
suka dan duka menjadi lirik senandungnya
jiwa yang manakah,
yang akan tahan terhadap derita
lagunya sendu saat menhujam kedalam
sukma
liriknya tercipta dari goresan air mata
penuh luka disetiap kidung suaranya
tahukah kau wahai...
apakah yang akan menjadi tujuan langkah
bukan harta juga bukan tahtah dunia
karna semua hanyalah benda yang kelak kan
musnah
dan tahukah kau?
susah serta senang sama nadanya
semua tercipta karna bisikkan nafsu semata
nafsu hitam yang tak perna puas dengan
dunia
yang selalu menjadikan bahagia sebagai
alasan pencariannya
dengarlah kau wahai...
bahagia tak perlu dicari
juga tak kan bisa dibeli
karna bahagia adalah hati yang telah tercukupkan
dan senantiasa selalu mensyukuri nikmat Tuhan
mengering terbakar sengatan matahari
dihembus angin senja yang lalu
menghilang sudah bersama cerita waktu
masa lalu adalah puing reruntuhan
kidung merdu yang disuarakan oleh bibir
masa depan
mengisahkan hitam putih perjalanan
dan menjadikannya abadi dalam kenangan
siapakah yang dapat mengambil hikmah?
mengambil pelajaran dari setiap kayuhan
langkah
karna waktu laksana nada penuh warna
suka dan duka menjadi lirik senandungnya
jiwa yang manakah,
yang akan tahan terhadap derita
lagunya sendu saat menhujam kedalam
sukma
liriknya tercipta dari goresan air mata
penuh luka disetiap kidung suaranya
tahukah kau wahai...
apakah yang akan menjadi tujuan langkah
bukan harta juga bukan tahtah dunia
karna semua hanyalah benda yang kelak kan
musnah
dan tahukah kau?
susah serta senang sama nadanya
semua tercipta karna bisikkan nafsu semata
nafsu hitam yang tak perna puas dengan
dunia
yang selalu menjadikan bahagia sebagai
alasan pencariannya
dengarlah kau wahai...
bahagia tak perlu dicari
juga tak kan bisa dibeli
karna bahagia adalah hati yang telah tercukupkan
dan senantiasa selalu mensyukuri nikmat Tuhan
Bisikkan Suara Semesta
Lirih angin berbisik kepadaku...
"hai kau anak manusia jadilah seperti aku,
memberi tanpa ingin meminta
mengasihi tanpa ingin dicinta
dan tak ada hutang piutang diantara kita
kelembutanku membelai segala penjuru bumi
aku bagaikan nafas alam yang bergemuruh
dijantung semesta
berhembus diatas ranting-ranting pagi
menyejukkan lorong-lorong siang
menciptakan senja yang damai dengan semilirku
dan menyusup kerelung malam tuk menemani lelapmu
lalu angin pun terus bergerak
mengarak awan hitam dan mengumpulkannya jadi satu
hingga akhirnya hujan pun mulai berjatuhan
dan bising suaranya berbisik kepadaku,
"Hai kau anak manusia jadilah seperti aku,
memberi tanpa ingin meminta
mengasihi tanpa ingin dicinta
dan tak ada hutang piutang diantara kita
aku datang untuk menghidupkan bumi yang telah mati
menghijaukan lembah-lembah gersang
dan memberikan sumber kehidupan bagi setiap makluk
lalu aku pun terdiam
sedangkan senja mulai tenggelam
dan akupun tertidur bersama nyanyian halilintar yang berdendang dilangit malam
sampai akhirnya fajar datang membangunkan
hangat sapaannya berbisik kepadaku,
"Hai kau anak manusia jadilah seperti aku
memberi tanpa ingin meminta
mengasihi tanpa ingin dicinta
dan tak ada hutang piutang diantara kita
"Tersenyumlah Laylaku
Bangunlah sayang
bangunlah
duhai laylaku...
lihatlah fajar telah mengulurkan benang terangnya
pagi pun datang membawakan dendang musim semi
sudah saatnya ladang kehidupan kita semai dengan cinta dan kasih
cintamu laylaku
juga cintaku
cinta kita yang terlahir dari rahim waktu
yang benihnya adalah jelmaan musim semi
saat sayap bahagia serta derita
membawa kita keruang tawa dan air mata
bangkitlah
duhai kau laylaku..
dengarlah angin musim mewartakan pertemuan
ketika muara kehidupan menyatukan tawar dan asin dilautan
seperti itulah dua hati bila telah dileburkan
hanya tersisa satu rasa yang tak bisa lagi terpisahkan
engkau rasaku
dan aku adalah rasamu...
kita telah ada
semenjak raga belum diadakan
karna kita adalah cinta
cinta yang telah dipertemukan kembali
senyumlah
tersenyumlah laylaku...
karna parasmu begitu cantik dalam keramahan
tatapan mu yang lembut begitu meluluhkan
membawa damai kerelung jiwa yang terdalam
bangunlah
duhai laylaku...
lihatlah fajar telah mengulurkan benang terangnya
pagi pun datang membawakan dendang musim semi
sudah saatnya ladang kehidupan kita semai dengan cinta dan kasih
cintamu laylaku
juga cintaku
cinta kita yang terlahir dari rahim waktu
yang benihnya adalah jelmaan musim semi
saat sayap bahagia serta derita
membawa kita keruang tawa dan air mata
bangkitlah
duhai kau laylaku..
dengarlah angin musim mewartakan pertemuan
ketika muara kehidupan menyatukan tawar dan asin dilautan
seperti itulah dua hati bila telah dileburkan
hanya tersisa satu rasa yang tak bisa lagi terpisahkan
engkau rasaku
dan aku adalah rasamu...
kita telah ada
semenjak raga belum diadakan
karna kita adalah cinta
cinta yang telah dipertemukan kembali
senyumlah
tersenyumlah laylaku...
karna parasmu begitu cantik dalam keramahan
tatapan mu yang lembut begitu meluluhkan
membawa damai kerelung jiwa yang terdalam
Duuh...Semesta
Hati ku mengutuk hari
kebisuan ku memaki waktu
tak dapat kulihat keindahan tersenyum manis
jiwaku gelisah menatap langit
mata ku perih menyingkap kabut
Duuh..semesta...
Kemana langkah harus kuayun
kemana sayap hendak kurentang
jalan hidupku tiada bertujuan
aku terjerat belenggu masa lalu
pada rantai masa depan
Berhembuslah...
wahai kau angin empat penjuru
timur dan barat
utara juga selatan
bersapdalah pada setiap bisikan ranting
juga tarian rerumputan
tolong wartakan rinduku pada rembulan malam
pada gemintang putih dibalik awan
pada setiap laksaan jarak perjalanan
saat mimpi ku mulai terjerat nyanyian dendam
Duuh...semesta..
Dimanakah
putih cinta kau sembunyikan
tak bolehkah sedikit saja
ku menyentuh kelembutannya
Tidakkah kau dengar bathinku mengerang
kala sepi telah merembes dikaki waktu
saat kidung-kidung lama mulai menembang malam
dan menggetarkan jiwaku dengan nyanyiannya
dan tidakkah engkau tahu...
betapa malang hati yang perna dipatahkan
betapa pilu kala menahan perih kerinduan
saat mimpi telah menghilang
harapan pun tinggal rintihan
kebisuan ku memaki waktu
tak dapat kulihat keindahan tersenyum manis
jiwaku gelisah menatap langit
mata ku perih menyingkap kabut
Duuh..semesta...
Kemana langkah harus kuayun
kemana sayap hendak kurentang
jalan hidupku tiada bertujuan
aku terjerat belenggu masa lalu
pada rantai masa depan
Berhembuslah...
wahai kau angin empat penjuru
timur dan barat
utara juga selatan
bersapdalah pada setiap bisikan ranting
juga tarian rerumputan
tolong wartakan rinduku pada rembulan malam
pada gemintang putih dibalik awan
pada setiap laksaan jarak perjalanan
saat mimpi ku mulai terjerat nyanyian dendam
Duuh...semesta..
Dimanakah
putih cinta kau sembunyikan
tak bolehkah sedikit saja
ku menyentuh kelembutannya
Tidakkah kau dengar bathinku mengerang
kala sepi telah merembes dikaki waktu
saat kidung-kidung lama mulai menembang malam
dan menggetarkan jiwaku dengan nyanyiannya
dan tidakkah engkau tahu...
betapa malang hati yang perna dipatahkan
betapa pilu kala menahan perih kerinduan
saat mimpi telah menghilang
harapan pun tinggal rintihan
Nyanyian Dari Neraka
Ini bukan puisi cinta
ataupun syair kesedihan
tapi ini adalah dendang tanpa nada
kidung sendu yang bernyanyi dijiwaku
ini tentang sepenggal perjalanan
saat semesta kehidupan pertama kali merengkuh hidup
membimbingku dengan takdir yang telah tertulis
dan menuntun langkah ku kepada suka duka waktu
tahun demi tahun terlewati bagai hembusan angin
laksaan musim kulalui bertemankan air mata
belantara waktu kuterjang tanpa kenal lelah
tapi apa yang diharapkan tak perna bisa nyata
akan kubakar dunia ini dengan nyanyian angkara murka
kan ku nyalahkan api dendam sedalam samudera
biar berhenti semua kidung indah semesta
kan kuukir wajah cakrawala bertintakan darah
telanlah aku gunung-gunung kabut
hantam aku wahai badai halimun
hempaskan raga ku kecadas berbatu
tamatkanlah riwayatku saat ini
karna kemarahanku meminta tumbal nyawa
dengar sumpahku wahai angin empat penjuru
sumpah ini kutulis pada malam yang mendidih
tergores sunyi disetiap musim yang akan berjalan
kan kupastikan setiap langkahku membawa hawa kematian
ataupun syair kesedihan
tapi ini adalah dendang tanpa nada
kidung sendu yang bernyanyi dijiwaku
ini tentang sepenggal perjalanan
saat semesta kehidupan pertama kali merengkuh hidup
membimbingku dengan takdir yang telah tertulis
dan menuntun langkah ku kepada suka duka waktu
tahun demi tahun terlewati bagai hembusan angin
laksaan musim kulalui bertemankan air mata
belantara waktu kuterjang tanpa kenal lelah
tapi apa yang diharapkan tak perna bisa nyata
akan kubakar dunia ini dengan nyanyian angkara murka
kan ku nyalahkan api dendam sedalam samudera
biar berhenti semua kidung indah semesta
kan kuukir wajah cakrawala bertintakan darah
telanlah aku gunung-gunung kabut
hantam aku wahai badai halimun
hempaskan raga ku kecadas berbatu
tamatkanlah riwayatku saat ini
karna kemarahanku meminta tumbal nyawa
dengar sumpahku wahai angin empat penjuru
sumpah ini kutulis pada malam yang mendidih
tergores sunyi disetiap musim yang akan berjalan
kan kupastikan setiap langkahku membawa hawa kematian
Nyanyian Tentang Kebebasan
Usah resah kau dendangkan
mari bernyanyi tentang kebebasan
kita senandungkan kidung lautan
sambil menari tarian pedalaman
Gemulaikanlah langkahmu
ikuti lirik di tembangku
ini syair ombak biru
lagu riuh senja menabuh
Terbangkan sayap mungilmu
semesta merindukan kepakanmu
lintasi samudera waktu
sampai duka pergi berlalu
Lihatlah senja bertabur warna
berhias aroma jingga merah
begitu mesra dekap buana
peluk gelisah bunga- bunga
Dengarlah hingar desah bayu
semilir bernyanyi lagu merdu
tembangkan kisah biduan waktu
yang tak henti menembang rindu
Rindunya rindu kebebasan
bebas mengayuh biduk impian
lagunya tentang perjuangan
dalam sunyi perjalanan
Bogor : 2 November 2013
mari bernyanyi tentang kebebasan
kita senandungkan kidung lautan
sambil menari tarian pedalaman
Gemulaikanlah langkahmu
ikuti lirik di tembangku
ini syair ombak biru
lagu riuh senja menabuh
Terbangkan sayap mungilmu
semesta merindukan kepakanmu
lintasi samudera waktu
sampai duka pergi berlalu
Lihatlah senja bertabur warna
berhias aroma jingga merah
begitu mesra dekap buana
peluk gelisah bunga- bunga
Dengarlah hingar desah bayu
semilir bernyanyi lagu merdu
tembangkan kisah biduan waktu
yang tak henti menembang rindu
Rindunya rindu kebebasan
bebas mengayuh biduk impian
lagunya tentang perjuangan
dalam sunyi perjalanan
Bogor : 2 November 2013
Bangunlah Hatiku
Bangunlah hatiku
lihatlah gerimis pagi ini membasahi tanah perbukitan
serta padang-padang sunyi yang terlupakan
saat langit telah mencurahkan kasih tulus
terhadap bumi kekasihnya
Dan dengarlah dari kejauhan
ketika sepoi angin musim semi menyenandungkan lagu penuh harapan
diantara lantunan doa lembah-lembah hening
Hari ini keharuan mewarnai wajah cakrawala
karna nafas kehidupan mulai bergerak lagi
berdenyut kencang dalam jantung belantara
Bangunlah hatiku
karna langit telah membuka pintu rahmadnya
dan semesta telah membentangkan sayap cintanya
Mari kita isi kehidupan ini dengan kerja keras
seraya menyemai benih-benih baru
dengan penuh rasa syukur
serta ucapan terima kasih
kehadirat Tuhan yang Maha pengasih
lagi Maha penyayang
Bangunlah hatiku
biarkanlah nyanyian sumbang hari kemarin
menjadi lirik sendu dalam tembang lagu kenangan
Dan mari kita iringi senandung merdu hari ini
dengan petikan kecapi harapan
serta kerja penuh kecintaan
Karna hanya dengan bekerja
maka kita dapat merasakan nikmat
dari semangat kehidupan
Keringat serta peluh yang terlahir dalam api semangat
laksana tungku perapian musim
yang membakar cinta serta gairah bunga-bunga
kala fajar pagi mencumbui mahkotanya
dengan kehangatan cahaya mentari yang tercurah
Bangunlah hatiku
bangkitlah segera
karna musim gugur sudah menanggalkan pakaiannya
dan musim semi telah mengenakan jubah indahnya
Tembang Signora
11 Januari 2014
By : Indra Signora
lihatlah gerimis pagi ini membasahi tanah perbukitan
serta padang-padang sunyi yang terlupakan
saat langit telah mencurahkan kasih tulus
terhadap bumi kekasihnya
Dan dengarlah dari kejauhan
ketika sepoi angin musim semi menyenandungkan lagu penuh harapan
diantara lantunan doa lembah-lembah hening
Hari ini keharuan mewarnai wajah cakrawala
karna nafas kehidupan mulai bergerak lagi
berdenyut kencang dalam jantung belantara
Bangunlah hatiku
karna langit telah membuka pintu rahmadnya
dan semesta telah membentangkan sayap cintanya
Mari kita isi kehidupan ini dengan kerja keras
seraya menyemai benih-benih baru
dengan penuh rasa syukur
serta ucapan terima kasih
kehadirat Tuhan yang Maha pengasih
lagi Maha penyayang
Bangunlah hatiku
biarkanlah nyanyian sumbang hari kemarin
menjadi lirik sendu dalam tembang lagu kenangan
Dan mari kita iringi senandung merdu hari ini
dengan petikan kecapi harapan
serta kerja penuh kecintaan
Karna hanya dengan bekerja
maka kita dapat merasakan nikmat
dari semangat kehidupan
Keringat serta peluh yang terlahir dalam api semangat
laksana tungku perapian musim
yang membakar cinta serta gairah bunga-bunga
kala fajar pagi mencumbui mahkotanya
dengan kehangatan cahaya mentari yang tercurah
Bangunlah hatiku
bangkitlah segera
karna musim gugur sudah menanggalkan pakaiannya
dan musim semi telah mengenakan jubah indahnya
Tembang Signora
11 Januari 2014
By : Indra Signora
Lirik Dalam Jiwa
Syair hidup telah tertulis
bait-bait perjalanan telah dibacakan
simak dengan hati
renungkanlah diujung malam
Pada tiap jejak yang menapak waktu
untuk ribuan kata yang perna terucap kelu
Apakah sesungguhnya yang ingin kau raih !!
dan apa yang akan kau cari ?
Kemana pagi henda kau bawa
buatlah kereta dari gerak angin
melajulah bersama sayap-sayap waktu
tanpa memikirkan ini dan itu
Kau tak kan mampu melawan arus yang deras
maka ikuti saja kemana alirannya membawamu
Kemanakah siang hendak kau papah
janganlah kau sembunyikan wajahmu dari matahari
pun jiwamu harus dibakar
Panasnya api cinta siap melumatmu
janganlah lari dari padanya
karna kau tak kan hangus didalamnya
Kemanakah senja akan kau labuhkan
pergilah berlayar bersama biduk temaram
Arungi lautan jingga dalam susah serta senang
lalu lelapkan hatimu dalam sepoi anginnya
agar langkah mu semakin kuat menempuh malam
Dan dimanakah malam akan kau sandarkan
buatlah istana dari cinta yang hidup
yang bergemuruh didadamu
lalu ikutilah getaran bathin itu
karna dialah yang akan membawamu
kepada cinta yang bersemayam dihatimu
@Pena_signora
bait-bait perjalanan telah dibacakan
simak dengan hati
renungkanlah diujung malam
Pada tiap jejak yang menapak waktu
untuk ribuan kata yang perna terucap kelu
Apakah sesungguhnya yang ingin kau raih !!
dan apa yang akan kau cari ?
Kemana pagi henda kau bawa
buatlah kereta dari gerak angin
melajulah bersama sayap-sayap waktu
tanpa memikirkan ini dan itu
Kau tak kan mampu melawan arus yang deras
maka ikuti saja kemana alirannya membawamu
Kemanakah siang hendak kau papah
janganlah kau sembunyikan wajahmu dari matahari
pun jiwamu harus dibakar
Panasnya api cinta siap melumatmu
janganlah lari dari padanya
karna kau tak kan hangus didalamnya
Kemanakah senja akan kau labuhkan
pergilah berlayar bersama biduk temaram
Arungi lautan jingga dalam susah serta senang
lalu lelapkan hatimu dalam sepoi anginnya
agar langkah mu semakin kuat menempuh malam
Dan dimanakah malam akan kau sandarkan
buatlah istana dari cinta yang hidup
yang bergemuruh didadamu
lalu ikutilah getaran bathin itu
karna dialah yang akan membawamu
kepada cinta yang bersemayam dihatimu
@Pena_signora
Tandus Dimusim Hujan
Tentang kata yang disembunyikan mawar pada tangkainya
saat duri tak lagi menjadi tameng
ketika dedaunan pun telah berubah warna
yang melayu dalam pelukan mentari pagi
Jua tentang aksara yang tersendat
terhenti dalam tanda tak berisyarat
yang meninggalkan teka-teki pada siang
sampai senja telah membayang
Dengarlah perempuanku...
Saat ini badai kehidupan tengah mengamuk
lautan jiwaku bergelora
ombak-ombaknya senandungkan lagu kematian
sedangkan syairnya dituliskan dengan pena api
Api yang menari di atas lembaran kertas kehidupan
yang membakar coretan masa lalu
hingga berubah menjadi serpihan-serpihan debu
dan debu itu berterbangan ke dalam lembaran hitam masa depan
Dengan apakah bait akan kutulis...
Sedangkan hatiku ingin berpuisi
haruskah aku menulis syair ini dalam kisah-kisah yang sedih
kisah yang dahulunya perna terjadi
dimana cinta hanya bisa ku impikan tanpa kumiliki
Dengan apakah waktu akan kulewati...
Sedangkan ladang jiwaku telah tandus dimusim hujan
bunga harapan pun berguguran di musim semi
hanya menyisakan tangkai-tangkai yang lapuk
di hamparan taman-taman suram kehidupan
@Pena_Signora
saat duri tak lagi menjadi tameng
ketika dedaunan pun telah berubah warna
yang melayu dalam pelukan mentari pagi
Jua tentang aksara yang tersendat
terhenti dalam tanda tak berisyarat
yang meninggalkan teka-teki pada siang
sampai senja telah membayang
Dengarlah perempuanku...
Saat ini badai kehidupan tengah mengamuk
lautan jiwaku bergelora
ombak-ombaknya senandungkan lagu kematian
sedangkan syairnya dituliskan dengan pena api
Api yang menari di atas lembaran kertas kehidupan
yang membakar coretan masa lalu
hingga berubah menjadi serpihan-serpihan debu
dan debu itu berterbangan ke dalam lembaran hitam masa depan
Dengan apakah bait akan kutulis...
Sedangkan hatiku ingin berpuisi
haruskah aku menulis syair ini dalam kisah-kisah yang sedih
kisah yang dahulunya perna terjadi
dimana cinta hanya bisa ku impikan tanpa kumiliki
Dengan apakah waktu akan kulewati...
Sedangkan ladang jiwaku telah tandus dimusim hujan
bunga harapan pun berguguran di musim semi
hanya menyisakan tangkai-tangkai yang lapuk
di hamparan taman-taman suram kehidupan
@Pena_Signora
Merpati Dan Senja Gelisah
Desah bayu masih mengibas sunyi
ketika senja datang memadu waktu
seirama dengan kepak sayap merpati
yang menari bersama dendang laut biru
Senja memintal warna
mengulum senyum cumbu samudera
memeluk mesra tebing-tebing lembah
bernyanyi dengan merdu diranting sepi buana
Senja melakar nada
hantarkan rindu sekeping jiwa
melebur kedalam hening jingga merah
terukir bersama tarian merpati senja
Dan
Menarilah terus merpati senja
kabarkan cinta yang gelisah
kisahkan mimpi yang belum sirna
sampai malam datang mengusap lara
Bersenandunglah merpati senja
usap sepi yang membalut wajah buana
bercelotehlah tentang rindu di bias surya
sambut sang malam dengan sumringah tanpa resah
18 JULI 2014
ketika senja datang memadu waktu
seirama dengan kepak sayap merpati
yang menari bersama dendang laut biru
Senja memintal warna
mengulum senyum cumbu samudera
memeluk mesra tebing-tebing lembah
bernyanyi dengan merdu diranting sepi buana
Senja melakar nada
hantarkan rindu sekeping jiwa
melebur kedalam hening jingga merah
terukir bersama tarian merpati senja
Dan
Menarilah terus merpati senja
kabarkan cinta yang gelisah
kisahkan mimpi yang belum sirna
sampai malam datang mengusap lara
Bersenandunglah merpati senja
usap sepi yang membalut wajah buana
bercelotehlah tentang rindu di bias surya
sambut sang malam dengan sumringah tanpa resah
18 JULI 2014
Padamu Pemilik Sepi
Ku dengar senandung itu berdiam di balik kegelapan
menakar sepi pada hitam langit malam
mencurahkan gerimis duka penuh nestapa
bermandikan rintih pilu di matanya
Dan kala sang malam menggilas nada
ku dengar seseguknya pada alunan serunai lara
menitikkan sunyi di antara untai aksara
lalu berdiam ia pada cerita rindu yang tak sudah
Duhai kau pemilik sepi
Izinkanlah aku menjadi lirik pada tiap nada yang kau unggah
dan menyematkan canda diantara isak lara mu yang menghibah
padamulah segenab rasa menasbihkan putihnya cinta
menyerukan detak rindu yang tak lekang di makan masa
Duhai kau pemilik sepi
Izinkanlah diri ini
menjadi lirik dalam bulir air matamu
yang merinai rindu
pada tiap jejak langkah sang waktu
Jua jadi senyuman
dalam bahagia yang kau simpan
9 Juli 2014
menakar sepi pada hitam langit malam
mencurahkan gerimis duka penuh nestapa
bermandikan rintih pilu di matanya
ku dengar seseguknya pada alunan serunai lara
menitikkan sunyi di antara untai aksara
lalu berdiam ia pada cerita rindu yang tak sudah
Duhai kau pemilik sepi
Izinkanlah aku menjadi lirik pada tiap nada yang kau unggah
dan menyematkan canda diantara isak lara mu yang menghibah
padamulah segenab rasa menasbihkan putihnya cinta
menyerukan detak rindu yang tak lekang di makan masa
Duhai kau pemilik sepi
Izinkanlah diri ini
menjadi lirik dalam bulir air matamu
yang merinai rindu
pada tiap jejak langkah sang waktu
Jua jadi senyuman
dalam bahagia yang kau simpan
9 Juli 2014
Simponi Angin Dan Hujan
Kitik gemelitik
suara angin siut-siutan
hujan mulai turun
rumput ilalang menari-nari
sahut bersahutan
kilat dan petir menyambar-nyambar
burung bersiulan
diatas ranting kejar-kejaran
senja telah datang
saat langit kian menghitam
mentari tertutup awan
hanya tinggal secercah bayang
dingin menggelitik
ketika hawa menggigilkan
senja yang temaram
berganti mendung yang mengelam
desir-berdesiran
nyanyian angin patahkan dahan
daun berguguran
tinggalkan ranting berjatuhan
¤Indra Signora¤
suara angin siut-siutan
hujan mulai turun
rumput ilalang menari-nari
sahut bersahutan
kilat dan petir menyambar-nyambar
burung bersiulan
diatas ranting kejar-kejaran
senja telah datang
saat langit kian menghitam
mentari tertutup awan
hanya tinggal secercah bayang
dingin menggelitik
ketika hawa menggigilkan
senja yang temaram
berganti mendung yang mengelam
desir-berdesiran
nyanyian angin patahkan dahan
daun berguguran
tinggalkan ranting berjatuhan
¤Indra Signora¤
Kepakkan Sayapmu Merpatiku
Terbanglah merpatiku
kepakkan sayapmu ditengah badai ini
karna pohon kehidupan ku tak bisa lagi
menaungimu
ranting ku telah berpatahan
daun-daun pun sudah berguguran
tak ada lagi tempat bertengger yang kokoh
untuk sepasang kaki mungilmu
bernyanyilah merpatiku
nyanyikan tembang indah sebelum kau berlalu
tinggalkan satu kenangan mu disini
dan taruhlah diantara cabang juga rantingku
nyaringkan kicauan mu
menarilah dengan sayap-sayapmu
kan kuiringi gemulaimu dengan sebuah tembang fajar
kisah tentang pagi
yang bersenandung dibibir sang mentari
jangan menangis merpatiku
dan janganlah kau bersedih
aku telah ikhlas bila ingin kau tinggalkan
biarkanlah kini aku sunyi sepi sendirian
menunggu musim semi menyanyikan tembang kehidupan
selamat jalan merpatiku
selamat terbang menuju lembah penuh harapan
semoga disana kau temukan kebahagiaan
bersama mimpi indah yang selalu kau rindukan
selamat berpisah merpatiku
tenanglah engkau dalam sunyinya perjalananmu
doaku kan bergema diantara kepakan sayap-sayapmu
kan kukenang kau disini
sebagai cinta yang perna kukasihi
¤Indra Signora¤
kepakkan sayapmu ditengah badai ini
karna pohon kehidupan ku tak bisa lagi
menaungimu
ranting ku telah berpatahan
daun-daun pun sudah berguguran
tak ada lagi tempat bertengger yang kokoh
untuk sepasang kaki mungilmu
bernyanyilah merpatiku
nyanyikan tembang indah sebelum kau berlalu
tinggalkan satu kenangan mu disini
dan taruhlah diantara cabang juga rantingku
nyaringkan kicauan mu
menarilah dengan sayap-sayapmu
kan kuiringi gemulaimu dengan sebuah tembang fajar
kisah tentang pagi
yang bersenandung dibibir sang mentari
jangan menangis merpatiku
dan janganlah kau bersedih
aku telah ikhlas bila ingin kau tinggalkan
biarkanlah kini aku sunyi sepi sendirian
menunggu musim semi menyanyikan tembang kehidupan
selamat jalan merpatiku
selamat terbang menuju lembah penuh harapan
semoga disana kau temukan kebahagiaan
bersama mimpi indah yang selalu kau rindukan
selamat berpisah merpatiku
tenanglah engkau dalam sunyinya perjalananmu
doaku kan bergema diantara kepakan sayap-sayapmu
kan kukenang kau disini
sebagai cinta yang perna kukasihi
¤Indra Signora¤
Tembang Lirih Suara Sukma
Bila tak lagi irama cinta merdu bersuara
biarlah sumbang nada waktu menikam jiwa
kan ku hayati nyanyiannya walau tak indah
sampai irama musim kelak berubah warna
Bila tak lagi suara rindu berbisik mesra
biarlah sunyi nyanyian hari heningkan langkah
kan kuteguk anggur derita dicawan jiwa
sampai waktu datang kembali menabuh bahagia
Bila tak lagi bunga jiwaku merekah indah
biarlah kasih berguguran ditangkainya
kan ku kubur setiap kenangan yang perna ada
sampai dendang musim kembali ceriakan masa
Bila tak tenang riak gelombang dalam jiwa
biarlah badai itu datang hantarkan tarian gelisah
kan kuhayati sakit perihnya tanpa kesah
sampai jemari takdir menggoreskan cerita lainnya
Bila tak subur ladang kasih tumbuhkan cinta
biarlah hati retak merengkah tercabik luka
kan kusimpan benih rindu dijantung rasa
sampai kelopak musim kembali wangi merekah
¤Nyanyian Jiwa¤
Oleh : Indra Signora
biarlah sumbang nada waktu menikam jiwa
kan ku hayati nyanyiannya walau tak indah
sampai irama musim kelak berubah warna
Bila tak lagi suara rindu berbisik mesra
biarlah sunyi nyanyian hari heningkan langkah
kan kuteguk anggur derita dicawan jiwa
sampai waktu datang kembali menabuh bahagia
Bila tak lagi bunga jiwaku merekah indah
biarlah kasih berguguran ditangkainya
kan ku kubur setiap kenangan yang perna ada
sampai dendang musim kembali ceriakan masa
Bila tak tenang riak gelombang dalam jiwa
biarlah badai itu datang hantarkan tarian gelisah
kan kuhayati sakit perihnya tanpa kesah
sampai jemari takdir menggoreskan cerita lainnya
Bila tak subur ladang kasih tumbuhkan cinta
biarlah hati retak merengkah tercabik luka
kan kusimpan benih rindu dijantung rasa
sampai kelopak musim kembali wangi merekah
¤Nyanyian Jiwa¤
Oleh : Indra Signora
Rembulan Separoh
Aku berdiri dipuncak bukit
rembulan malam nampak separoh
bintang mengedip ditaman langit
menggoda lelap sang cemara
Bayang bulan menari-nari
sepotong sinarnya dialang-alang
dendang serangga riuhkan malam
iringi gemericik air pancoran
Gemulai angin mencubit ranting
daun-daun pun bersiulan
laksana serunai sang biduan
merdu merayu menggoda malam
Denyut waktu berlari kencang
mengejar pagi ditepian fajar
bulan separoh lenyap menghilang
bintang berlalu dibalik awan
¤Indra Signora¤
rembulan malam nampak separoh
bintang mengedip ditaman langit
menggoda lelap sang cemara
Bayang bulan menari-nari
sepotong sinarnya dialang-alang
dendang serangga riuhkan malam
iringi gemericik air pancoran
Gemulai angin mencubit ranting
daun-daun pun bersiulan
laksana serunai sang biduan
merdu merayu menggoda malam
Denyut waktu berlari kencang
mengejar pagi ditepian fajar
bulan separoh lenyap menghilang
bintang berlalu dibalik awan
¤Indra Signora¤
Maut Bernyanyi Dibebatuan
Aku berdiri diatas gugusan bukit masa depan
kutatap sunyi kabut kenangan dikejauhan
pohon-pohon mimpiku telah rontok ditelan
zaman
ranting dan daunnya kini bagaikan sampah
busuk
Aku keluar bersama halimun pagi
kala fajar menyembul malu dipuncak bukit
bocah gembala baru terbangun dari lelapnya
sekuntum melati pun masih bermandikan embun semesta
Tanganku gemetar meninju langit
luka menganga tercabik taring hitam
mengalirkan ribuan aroma kematian
tercium busuk diantara hembusan dendam
Wahai waktu mengelam
dengarkanlah dan dengarlah.....
inilah sumpah yang tertulis dihitam cadas
yang bernyanyi sendu memecah bukit batu
yang memadamkan rembulan malam
dan membuat pagi tak bersinar
akan ku ubah masa depan menjadi genangan darah
akan kurobek seisi alam tanpa rasa hiba
kan kujadikan musim semi seperti musim gugur
dan ku ubah wangi mawar menjadi bangkai busuk
Wahai waktu yang menghitam
dengarkanlah srigala lapar melolong digoa batu
matanya merah digenggam malam
dahaganya dahaga darah
nyanyikan dendam dari neraka
"Indra Signora Penyair Turin"
kutatap sunyi kabut kenangan dikejauhan
pohon-pohon mimpiku telah rontok ditelan
zaman
ranting dan daunnya kini bagaikan sampah
busuk
Aku keluar bersama halimun pagi
kala fajar menyembul malu dipuncak bukit
bocah gembala baru terbangun dari lelapnya
sekuntum melati pun masih bermandikan embun semesta
Tanganku gemetar meninju langit
luka menganga tercabik taring hitam
mengalirkan ribuan aroma kematian
tercium busuk diantara hembusan dendam
Wahai waktu mengelam
dengarkanlah dan dengarlah.....
inilah sumpah yang tertulis dihitam cadas
yang bernyanyi sendu memecah bukit batu
yang memadamkan rembulan malam
dan membuat pagi tak bersinar
akan ku ubah masa depan menjadi genangan darah
akan kurobek seisi alam tanpa rasa hiba
kan kujadikan musim semi seperti musim gugur
dan ku ubah wangi mawar menjadi bangkai busuk
Wahai waktu yang menghitam
dengarkanlah srigala lapar melolong digoa batu
matanya merah digenggam malam
dahaganya dahaga darah
nyanyikan dendam dari neraka
"Indra Signora Penyair Turin"
Rindu Tak Bertuan
Pecah fajar dini hari...
segumpal halimun terbang menuju langit
melintasi sunyi bukit-bukit batu
menyelimuti gunung-gunung keangkuhan
dan membimbing pagi kepadang-padang impian
Seekor merpati hinggap ditebing waktu
kepakkan sayap usangnya diranting jati tua
dendangkan lirih sebuah kidung lama
tentang kisah-kisah suram pengembara
dalam duka nestapa jiwa
Merpati dijati tua...
saksi bisu lembah-lembah mati
penyaksi kisah alunan musim
rindumu rinduku
rindu kita tak bertuan
serak menembang lirik kehidupan
Merpati titisan masa...
abadikan nyanyianmu dalam kenangan
hapuslah perih luka tak tertahankan
biarkanlah
rindumu rindu ku diam terbungkam
dan tergores sunyi diatas pualam zaman
segumpal halimun terbang menuju langit
melintasi sunyi bukit-bukit batu
menyelimuti gunung-gunung keangkuhan
dan membimbing pagi kepadang-padang impian
Seekor merpati hinggap ditebing waktu
kepakkan sayap usangnya diranting jati tua
dendangkan lirih sebuah kidung lama
tentang kisah-kisah suram pengembara
dalam duka nestapa jiwa
Merpati dijati tua...
saksi bisu lembah-lembah mati
penyaksi kisah alunan musim
rindumu rinduku
rindu kita tak bertuan
serak menembang lirik kehidupan
Merpati titisan masa...
abadikan nyanyianmu dalam kenangan
hapuslah perih luka tak tertahankan
biarkanlah
rindumu rindu ku diam terbungkam
dan tergores sunyi diatas pualam zaman
Syair Dalam Badai
Tertulislah syair dalam badai
merentang kata bersayapkan gelisah
bergulung bait menghujam waktu
tertindas kalimat disayat rindu
pada angin resah disampaikan
pada karang duka dititipkan
lagu cinta tembang kenangan
liriknya sendu menikam jalan
diatas tebing-tebing bukit
senja menggurat cahaya merah
langkah mentari menapak lembah
suram berjalan mencengkram mega
nyanyian sumbang kembara waktu
lirihkan dendang sekeping rindu
rindu berpulang kemasa lalu
mengukir mimpi seperti dahulu
adakah jalan penuh warna
berhiaskan cahaya sinaran cinta
rinduku rindu menggenggam rasa
mengalunkan lagu nada gelisah
"Indra Alexi Signora"
merentang kata bersayapkan gelisah
bergulung bait menghujam waktu
tertindas kalimat disayat rindu
pada angin resah disampaikan
pada karang duka dititipkan
lagu cinta tembang kenangan
liriknya sendu menikam jalan
diatas tebing-tebing bukit
senja menggurat cahaya merah
langkah mentari menapak lembah
suram berjalan mencengkram mega
nyanyian sumbang kembara waktu
lirihkan dendang sekeping rindu
rindu berpulang kemasa lalu
mengukir mimpi seperti dahulu
adakah jalan penuh warna
berhiaskan cahaya sinaran cinta
rinduku rindu menggenggam rasa
mengalunkan lagu nada gelisah
"Indra Alexi Signora"
Lagu Rindu Dari Sindang Darah
Angin gunung menyibak helai demi helai daun ilalang
seekor burung putih bersarang didalamnya
aku berjalan sendirian menguak embun
melangkah terseok menjelajahi pagi yang dingin
Kulihat sang fajar tertawa hambar
memandang kecut senyumku yang sinis menghujam
wajah langit bergelimang samar warna temaram
kabut putih melayang jatuh dipangkuan
Cahaya pagi telah membangunkan kesepian malam
dan suara-suara merdu bergema
bersenandungkan puja puji bagi Maharaja langit
tapi aku masih tak dapat menangkap semua keindahan
hatiku bergetar menahan rindu menyesakkan
Sudah berkali-kali kulewati tempat ini
tak terhitung banyak waktu yang kulalui dalam sunyi
betapa bosan kurasakan bila saat sendiri
kala bisikan rindu mengusik hari demi hari
Rinduku...
Aku merindukan senandung merdu kampung halaman
yang menari gemulai dilereng bukit kayu manang
juga petikan kecapi aliran sungai batang lengayang
yang berdenting mesra dalam kecipak air lubuk larangan
Aku merindukan dentuman ombak laut pesisir selatan
yang bertabuh riuh kehamparan dinding-dinding karang
juga nyanyian gembira bocah-bocah pedesaan
yang mengalun lantang menembang lagu penuh harapan
Dan
Aku merindukan semerbak wangi tanah tumpah darah
tempat tangis pertama kali mengoyak langit dunia
juga senyum mesra
dan panggilan lembut ayah bunda
serta belai kasihnya yang tercurah sepenuh cinta
Lagu Rindu
Dari Sindang Darah
23 Januari 2014
seekor burung putih bersarang didalamnya
aku berjalan sendirian menguak embun
melangkah terseok menjelajahi pagi yang dingin
Kulihat sang fajar tertawa hambar
memandang kecut senyumku yang sinis menghujam
wajah langit bergelimang samar warna temaram
kabut putih melayang jatuh dipangkuan
Cahaya pagi telah membangunkan kesepian malam
dan suara-suara merdu bergema
bersenandungkan puja puji bagi Maharaja langit
tapi aku masih tak dapat menangkap semua keindahan
hatiku bergetar menahan rindu menyesakkan
Sudah berkali-kali kulewati tempat ini
tak terhitung banyak waktu yang kulalui dalam sunyi
betapa bosan kurasakan bila saat sendiri
kala bisikan rindu mengusik hari demi hari
Rinduku...
Aku merindukan senandung merdu kampung halaman
yang menari gemulai dilereng bukit kayu manang
juga petikan kecapi aliran sungai batang lengayang
yang berdenting mesra dalam kecipak air lubuk larangan
Aku merindukan dentuman ombak laut pesisir selatan
yang bertabuh riuh kehamparan dinding-dinding karang
juga nyanyian gembira bocah-bocah pedesaan
yang mengalun lantang menembang lagu penuh harapan
Dan
Aku merindukan semerbak wangi tanah tumpah darah
tempat tangis pertama kali mengoyak langit dunia
juga senyum mesra
dan panggilan lembut ayah bunda
serta belai kasihnya yang tercurah sepenuh cinta
Lagu Rindu
Dari Sindang Darah
23 Januari 2014
Air Mata Di Sindang Darah
Dari barat kujelajahi timur
mencarimu hingga keselatan
cinta yang kau sajikan
laksana sebuah lirik keindahan
yang mendendangkan
kidung penuh harapan
Kudatangi kotamu
tepat pada akhir tahun
kala hujan desember
tengah mencurahkan mimpi
serta mencumbui mesra wajah bumi
Dan
Kucoba ketuk jendelamu
beberapa kali
aku menunggu didepan pintu
tapi sayang
kau lebih suka mengunci dirimu
Kubiarkan dingin malam merobek kulitku
berharap kau datang memelukku
tapi sayang
kau lebih suka membiarkanku
dari pada menyapaku
Aku terkapar dalam bimbang ragu
keyakinan lenyap mengapung terbawa bayu
pelan kulangkahkan kaki meninggalkan berandamu
sambil menggenggam setangkai mimpi layu
Aku berlalu pada awal tahun
saat semilir angin januari
mendendangkan harapan baru
serta kepedihan dalam air mataku
Aku berjalan keutara
mengayuh takdirku dirimba penuh derita
semerbak bunga-bunga mulai mekar
kuncup melati baru tumbuh
tapi sang mawar tampak begitu angkuh
Kuremas hancur duri-duri mawar
dan kurelakan jemariku remuk didalamnya
kucium darah mengucur deras
kujilati bagai meneguk anggur musim semi
Aku tertawa lepas
berlari sempoyongan bagai keledei bodoh
meratap diatas bebatuan malam
menangis keras seperti bocah malang
dan bersyair pilu laksana pujangga dungu
Duhai langit coba lihatlah
Lihatlah kini duka menari
menghentak tarian seribu warna
mementas sunyi dalam hariban masa
kala mimpi berkaca lara
adakah nada bisa mengiringnya
Duhai langit coba dengarlah
Dengarlah duka sang pencinta
yang hancur lebur karna cinta
saat ranting harapan telah patah
jatuh terbuang kesindang darah
"Air Mata DiSindang Darah"
2 Januari 2014
mencarimu hingga keselatan
cinta yang kau sajikan
laksana sebuah lirik keindahan
yang mendendangkan
kidung penuh harapan
Kudatangi kotamu
tepat pada akhir tahun
kala hujan desember
tengah mencurahkan mimpi
serta mencumbui mesra wajah bumi
Dan
Kucoba ketuk jendelamu
beberapa kali
aku menunggu didepan pintu
tapi sayang
kau lebih suka mengunci dirimu
Kubiarkan dingin malam merobek kulitku
berharap kau datang memelukku
tapi sayang
kau lebih suka membiarkanku
dari pada menyapaku
Aku terkapar dalam bimbang ragu
keyakinan lenyap mengapung terbawa bayu
pelan kulangkahkan kaki meninggalkan berandamu
sambil menggenggam setangkai mimpi layu
Aku berlalu pada awal tahun
saat semilir angin januari
mendendangkan harapan baru
serta kepedihan dalam air mataku
Aku berjalan keutara
mengayuh takdirku dirimba penuh derita
semerbak bunga-bunga mulai mekar
kuncup melati baru tumbuh
tapi sang mawar tampak begitu angkuh
Kuremas hancur duri-duri mawar
dan kurelakan jemariku remuk didalamnya
kucium darah mengucur deras
kujilati bagai meneguk anggur musim semi
Aku tertawa lepas
berlari sempoyongan bagai keledei bodoh
meratap diatas bebatuan malam
menangis keras seperti bocah malang
dan bersyair pilu laksana pujangga dungu
Duhai langit coba lihatlah
Lihatlah kini duka menari
menghentak tarian seribu warna
mementas sunyi dalam hariban masa
kala mimpi berkaca lara
adakah nada bisa mengiringnya
Duhai langit coba dengarlah
Dengarlah duka sang pencinta
yang hancur lebur karna cinta
saat ranting harapan telah patah
jatuh terbuang kesindang darah
"Air Mata DiSindang Darah"
2 Januari 2014
Bukit Dendam
Di atas langit yang menghitam
pada kelam yang tengah menahtah malam
ketika mawar musim gugur memohon setetes hujan
kala lembah hijau telah tandus dan meradang
Katakanlah duhai angin yang berdendang
Katakan pada puluhan masa yang telah hilang
pada sang waktu yang telah melahirkan kebencian
saat kegelisahan merindukan wangi kematian
di atas bukit dendam yang tinggi menjulang
Dengarlah wahai cakrawala...
Akan ku buat tanah berwarna merah
merah yang tercipta dari genangan darah
darah yang mengalir dari dada sang durjana
yang tertawa renyah dalam sungging kemenangannya
Dengarlah wahai cakrawala...
Dengarlah sumpah tanpa hibah
terikrar dari jiwa penuh luka
jiwa yang telah jenuh menahan nyalah api derita
yang membakar perih menghanguskan sukma lara
Dengar kau wahai cakrawala
Dengarlah sumpah maut dari sindang darah
sumpah yang meminta laksaan nyawa
penuh dendam yang mengalir di matanya
dendam yang menghitam laksana bara neraka
4 JULI 2014
pada kelam yang tengah menahtah malam
ketika mawar musim gugur memohon setetes hujan
kala lembah hijau telah tandus dan meradang
Katakanlah duhai angin yang berdendang
Katakan pada puluhan masa yang telah hilang
pada sang waktu yang telah melahirkan kebencian
saat kegelisahan merindukan wangi kematian
di atas bukit dendam yang tinggi menjulang
Dengarlah wahai cakrawala...
Akan ku buat tanah berwarna merah
merah yang tercipta dari genangan darah
darah yang mengalir dari dada sang durjana
yang tertawa renyah dalam sungging kemenangannya
Dengarlah wahai cakrawala...
Dengarlah sumpah tanpa hibah
terikrar dari jiwa penuh luka
jiwa yang telah jenuh menahan nyalah api derita
yang membakar perih menghanguskan sukma lara
Dengar kau wahai cakrawala
Dengarlah sumpah maut dari sindang darah
sumpah yang meminta laksaan nyawa
penuh dendam yang mengalir di matanya
dendam yang menghitam laksana bara neraka
4 JULI 2014
Senja Selarik Kisah
Senja telah memendar di segenap cakrawala
ketika jejak-jejak surya tengah memadu warna
menoktakan jingga pada hampar ladang buana
mengantar keindahan kedalam lirik senandungnya
Dan senja telah bernyanyi diantara lirih bayu
mengalunkan serunai damai hingga kepadang yang jauh
berbisik dengan mesra di atas samudera biru
kabarkan tentang malam yang menunggu ditebing waktu
Senja yang berdenting dalam petikan kecapi buana
menciptakan nada mesra selembut temaramnya
merdu bergema membuai sukma jiwa lara
yang menapak rindu ditiap kibas titik cahaya
Senja selarik kisah...
Bias sinar mu adalah semburat rasa
diujung cahaya telah kau sabdakan makna
tentang terang yang tak selamanya nyata
dan tentang redup yang menamatkan semua cerita
Senja selarik kisah...
Pendar mu adalah awal menuju sang malam
suram mu adalah hening bagi temaram
kau tinggalkan waktu dalam kerelaan
untuk memenuhi janji yang perna terikrarkan
Senja diujung kisah
kau adalah cahaya terakhir
yang meninggalkan kefanaan
untuk kembali menuju keabadian
Jambi : 25/07/2014
ketika jejak-jejak surya tengah memadu warna
menoktakan jingga pada hampar ladang buana
mengantar keindahan kedalam lirik senandungnya
Dan senja telah bernyanyi diantara lirih bayu
mengalunkan serunai damai hingga kepadang yang jauh
berbisik dengan mesra di atas samudera biru
kabarkan tentang malam yang menunggu ditebing waktu
Senja yang berdenting dalam petikan kecapi buana
menciptakan nada mesra selembut temaramnya
merdu bergema membuai sukma jiwa lara
yang menapak rindu ditiap kibas titik cahaya
Senja selarik kisah...
Bias sinar mu adalah semburat rasa
diujung cahaya telah kau sabdakan makna
tentang terang yang tak selamanya nyata
dan tentang redup yang menamatkan semua cerita
Senja selarik kisah...
Pendar mu adalah awal menuju sang malam
suram mu adalah hening bagi temaram
kau tinggalkan waktu dalam kerelaan
untuk memenuhi janji yang perna terikrarkan
Senja diujung kisah
kau adalah cahaya terakhir
yang meninggalkan kefanaan
untuk kembali menuju keabadian
Jambi : 25/07/2014
Mimpi Yang Terkenang
Tentang mimpi di gugusan masa
kala sunyi menggerogoti semesta jiwa
adakah lara menyingkap makna
untuk rindu di ujung surya menoktah
Dan...
Tentang aku yang tertampar jingga
terbungkam di antara kepingan cahaya
lalu membisu di sudut senja
dan menepi dibalik temaramnya
Duhai mimpi...
Adakah resah mu kan mereda
menciptakan damai diantara nada
karna ku tak lagi punya kata
seindah syair pujangga cinta
Duhai kau cinta...
Adakah lirikmu kembali bergema
saat kau goreskan cerita indah
seperti ukiran lembut musim bunga
yang penuh hiasan canda jua tawa
Dan
Adakah masa kembali datang
membawa senja yang terkenang
senja mesra yang telah hilang
sirna tenggelam di tebas zaman
15 JULI 2014
kala sunyi menggerogoti semesta jiwa
adakah lara menyingkap makna
untuk rindu di ujung surya menoktah
Dan...
Tentang aku yang tertampar jingga
terbungkam di antara kepingan cahaya
lalu membisu di sudut senja
dan menepi dibalik temaramnya
Duhai mimpi...
Adakah resah mu kan mereda
menciptakan damai diantara nada
karna ku tak lagi punya kata
seindah syair pujangga cinta
Duhai kau cinta...
Adakah lirikmu kembali bergema
saat kau goreskan cerita indah
seperti ukiran lembut musim bunga
yang penuh hiasan canda jua tawa
Dan
Adakah masa kembali datang
membawa senja yang terkenang
senja mesra yang telah hilang
sirna tenggelam di tebas zaman
15 JULI 2014
Rabu, 20 Agustus 2014
Kidung Sang Rembulan
Malam yang menjelma
dalam pendar cahaya rembulan
membiaskan binar terang
yang menyusup
dicelah ranting pepohonan
kibasan sinarnya
meluruh jatuh membasahi hamparan padang
menyatu bersama liukan tarian batang ilalang
dan menciptakan
warna perak berkilauan
malam tersapuh sunyi
tenggelam dalam hening telaga cahaya
mencumbu keindahan
yang disuguhkan bibir purnama
serta mereguknya laksana anggur cinta
malam menembang bulan
membisikkan lirik kasih dalam kerinduan
melantunkan binar cinta berpijaran
hanyutkan jiwa kedalam kidung dan nyanyian
yang melirih diujung sunyi malam
rembulan pun berlayar
berlabuh dikaki waktu saat tenggelam
hantarkan secarik rindu segenggam bayang
tinggalkan sekeping resah dikedalaman
yang bernyanyi sendu
dalam kemilau bilik sang fajar
Pena Signora
dalam pendar cahaya rembulan
membiaskan binar terang
yang menyusup
dicelah ranting pepohonan
kibasan sinarnya
meluruh jatuh membasahi hamparan padang
menyatu bersama liukan tarian batang ilalang
dan menciptakan
warna perak berkilauan
malam tersapuh sunyi
tenggelam dalam hening telaga cahaya
mencumbu keindahan
yang disuguhkan bibir purnama
serta mereguknya laksana anggur cinta
malam menembang bulan
membisikkan lirik kasih dalam kerinduan
melantunkan binar cinta berpijaran
hanyutkan jiwa kedalam kidung dan nyanyian
yang melirih diujung sunyi malam
rembulan pun berlayar
berlabuh dikaki waktu saat tenggelam
hantarkan secarik rindu segenggam bayang
tinggalkan sekeping resah dikedalaman
yang bernyanyi sendu
dalam kemilau bilik sang fajar
Pena Signora
Tak Perlu Mawar Atau Melati
Aku tak memintamu untuk menjadi mawar
jua melati
yang selalu menebarkan aroma selaksa wangi
cukup menjadi tinta bagi pena jiwaku
karna aku ingin menulis banyak cerita indah bersamamu
cerita kehidupan yang penuh warna
yang setiap goresannya adalah suka duka
yang kisahnya adalah tentang kau
tentang aku
dan tentang nyanyian kita
aku tak memintamu tuk selalu katakan cinta
jua rindu
cukup sebuah senyuman yang bisa kubaca
karna mata jiwaku
akan menangkap ketulusannya
dan telinga bathinku
pasti mendengar kebenarannya
terkadang kita tak butuh banyak kata-kata
karna tak semua kata memiliki kekuatannya
tapi kita telah punya satu bahasa jiwa
bahasa tanpa kata
yang dapat dieja dengan senyuman
dan dimaknai dalam rasa
kau tak perlu menjadi mawar
jua melati
bagi segala semesta
cukup menjadi bagian dari musim
karna kita akan menempuh banyak perjalanan
dalam ukiran canda serta tawa
jua dalam tetesan air mata
Indra Signora
jua melati
yang selalu menebarkan aroma selaksa wangi
cukup menjadi tinta bagi pena jiwaku
karna aku ingin menulis banyak cerita indah bersamamu
cerita kehidupan yang penuh warna
yang setiap goresannya adalah suka duka
yang kisahnya adalah tentang kau
tentang aku
dan tentang nyanyian kita
aku tak memintamu tuk selalu katakan cinta
jua rindu
cukup sebuah senyuman yang bisa kubaca
karna mata jiwaku
akan menangkap ketulusannya
dan telinga bathinku
pasti mendengar kebenarannya
terkadang kita tak butuh banyak kata-kata
karna tak semua kata memiliki kekuatannya
tapi kita telah punya satu bahasa jiwa
bahasa tanpa kata
yang dapat dieja dengan senyuman
dan dimaknai dalam rasa
kau tak perlu menjadi mawar
jua melati
bagi segala semesta
cukup menjadi bagian dari musim
karna kita akan menempuh banyak perjalanan
dalam ukiran canda serta tawa
jua dalam tetesan air mata
Indra Signora
Ketika Aksara Merindu
Seiring malam menjejak semesta
diantara sepi mendiami hitamnya
terangkai rindu atas nama mu
yang tertera pada detak nadiku
Yang merintih disetiap desah
yang mengendap dalam rasa
yang bertahta dipalung jiwa
dan hadirkan resah nyanyian lara
Tahukah dirimu
seiring waktu menggerakkan masa
pada tiap putaran musim
saat hari berganti warna
kala pagi berkilau emas
ketika siang membakar buana
untuk senja yang gemilang
serta malam yang menyambutnya
Tak ada nada yang lebih merdu
melainkan hanya derai tawamu
dan tak ada pesona yang paling indah
selain hanya senyum diwajahmu
Dan tahukah dirimu
berjuta aksara sendu bernyanyi
menari gemulai bak tarian dewa dewi
menasbihkan rindu dalam sunyi
saat jarak semakin tak bertepi
Bogor : 1 November 2013
Indra Signora
diantara sepi mendiami hitamnya
terangkai rindu atas nama mu
yang tertera pada detak nadiku
Yang merintih disetiap desah
yang mengendap dalam rasa
yang bertahta dipalung jiwa
dan hadirkan resah nyanyian lara
Tahukah dirimu
seiring waktu menggerakkan masa
pada tiap putaran musim
saat hari berganti warna
kala pagi berkilau emas
ketika siang membakar buana
untuk senja yang gemilang
serta malam yang menyambutnya
Tak ada nada yang lebih merdu
melainkan hanya derai tawamu
dan tak ada pesona yang paling indah
selain hanya senyum diwajahmu
Dan tahukah dirimu
berjuta aksara sendu bernyanyi
menari gemulai bak tarian dewa dewi
menasbihkan rindu dalam sunyi
saat jarak semakin tak bertepi
Bogor : 1 November 2013
Indra Signora
Padamu, Kemarin Jua Esok
Padamu segala nestapa menjadi warna
kala rindu bernyanyi diantara tebasan masa
menembang segenab rasa dalam dera
untuk impi yang masih menyimpan kilau purnama
Padamu nada tak perna terjedah
pun syair menjadi untai irama
kala malam mulai menapak sunyinya
kau adalah bening yang bernyanyi disudut mata
Padamu cinta
Semua rindu menemukan suka duka nya
menangis serta tertawa dalam dekap kita
mengalirkan banyak cerita disetiap goresannya
yang menjelma dalam selembar aksara jiwa
Padamu cinta
Semua kata telah menjadi senandung nan abadi
yang mempuisi disetiap arak-arakan sunyi
mencipta dan mencipta gumpalan perih
pada rindu yang terhempas diakhir mentari
Dan padamu cinta
semua aksara merangkai kata dalam doa-doa malam
yang tersaji dibalik damainya impian
untuk kemarin yang telah jadi kenangan
pada esok yang tetap terisi lagu harapan
12 AGUSTUS 2014
Langit Sastra Jingga
(@Pena_Signora)
kala rindu bernyanyi diantara tebasan masa
menembang segenab rasa dalam dera
untuk impi yang masih menyimpan kilau purnama
Padamu nada tak perna terjedah
pun syair menjadi untai irama
kala malam mulai menapak sunyinya
kau adalah bening yang bernyanyi disudut mata
Padamu cinta
Semua rindu menemukan suka duka nya
menangis serta tertawa dalam dekap kita
mengalirkan banyak cerita disetiap goresannya
yang menjelma dalam selembar aksara jiwa
Padamu cinta
Semua kata telah menjadi senandung nan abadi
yang mempuisi disetiap arak-arakan sunyi
mencipta dan mencipta gumpalan perih
pada rindu yang terhempas diakhir mentari
Dan padamu cinta
semua aksara merangkai kata dalam doa-doa malam
yang tersaji dibalik damainya impian
untuk kemarin yang telah jadi kenangan
pada esok yang tetap terisi lagu harapan
12 AGUSTUS 2014
Langit Sastra Jingga
(@Pena_Signora)
Nyatakanlah Duhai Perindu
Nyatakanlah duhai sang perindu
tentang sunyi yang menggenggam lara
pada lantunan nada aksara kelam
yang menghibah diatas puing-puing malam
Jabarkanlah duhai sang perindu
ukir kisah dibalutan masa
satukan mimpi dibatas purnama
singkap rahasia diujung cahaya
Pada segenab waktu yang menalar kisah
jedahkan duka wahai sang perindu
jedahkan isak yang tergenang
seumpama fajar pagi menghapus hitam malam
Pada segenab pagi yang bernoktah cahaya
lantangkanlah serunai abadi
yang menakar rindu tanpa air mata
untuk mendekap bahagia yang tak lekang
Dan pada terik siang yang nanar
kala lelah kaki terlangkahkan
yakinilah duhai sang perindu
bahwa senja akan datang membawa damai cahaya
sebagaimana ia menenangkan samudera dengan jingganya
22 JUNI 2014
Pena Signora
tentang sunyi yang menggenggam lara
pada lantunan nada aksara kelam
yang menghibah diatas puing-puing malam
Jabarkanlah duhai sang perindu
ukir kisah dibalutan masa
satukan mimpi dibatas purnama
singkap rahasia diujung cahaya
Pada segenab waktu yang menalar kisah
jedahkan duka wahai sang perindu
jedahkan isak yang tergenang
seumpama fajar pagi menghapus hitam malam
Pada segenab pagi yang bernoktah cahaya
lantangkanlah serunai abadi
yang menakar rindu tanpa air mata
untuk mendekap bahagia yang tak lekang
Dan pada terik siang yang nanar
kala lelah kaki terlangkahkan
yakinilah duhai sang perindu
bahwa senja akan datang membawa damai cahaya
sebagaimana ia menenangkan samudera dengan jingganya
22 JUNI 2014
Pena Signora
Tak Ada Lagi
Tak ada lagi nada berkelakar
pada lirih serunai yang tertindih
tak ada lagi lirik menyumringah
pada goresan syair yang telah kabur
Tertinggal hanyalah desahan malam
yang menyenandungkan rembulan merah
rembulan berdarah
rembulan yang kehilangan pijar cintanya
Tak ada lagi pagi menguning emas
pada gerimis mencurah tangis
tak ada lagi senja merona jingga
pada cakrawala berkabut duka
Yang ada hanyalah tarian luka derita
melenggangkan beribu nestapa
menghentak sunyi panggung semesta
dalam kisah cinta melara
25 JUNI 2014
Langit Sastra Jingga
Pena Signora
pada lirih serunai yang tertindih
tak ada lagi lirik menyumringah
pada goresan syair yang telah kabur
Tertinggal hanyalah desahan malam
yang menyenandungkan rembulan merah
rembulan berdarah
rembulan yang kehilangan pijar cintanya
Tak ada lagi pagi menguning emas
pada gerimis mencurah tangis
tak ada lagi senja merona jingga
pada cakrawala berkabut duka
Yang ada hanyalah tarian luka derita
melenggangkan beribu nestapa
menghentak sunyi panggung semesta
dalam kisah cinta melara
25 JUNI 2014
Langit Sastra Jingga
Pena Signora
Perempuan Dalam Balutan Sunyi
Sunyi telah membalut segala desahnya
berguman tentang mimpi di ujung purnama
matanya yang seperti bintang
pucat berkerdip menakar langit kelam
Perempuan itu masih memeluk senja
masi setia mendekap hening samudera rasa
dengan sesegukan pada seuntai lara
mencari makna di balik guratan jingga
Sesekali terdengar isak tangisnya
yang mencurah laksana dendang gerimis
yang menyanyikan tembang sukma lara
tentang kelu yang mendiami jiwa
Sumringah nadamu di ujung senja
telah mencairkan dingin yang membeku
pun ketika ronamu tertangkap cahaya
ia menciptakan sebait puisi indah
Perempuan dalam balutan sunyi
berdiam dipalung abadi jiwa
bercerita pada malam dengan sendu
menyembunyikan duka di balik abadi rindu
Perempuan dalam balutan sunyi
padamu satu tahtah jiwa meminta
menukarkan redupmu dengan binar milikku
agar senyummu menjadi surya di awal pagi menoktah
dan tawamu menjadi warna bagi pelangi di kerlip senja
24 JUNI 2014
Langit Sastra Jingga
berguman tentang mimpi di ujung purnama
matanya yang seperti bintang
pucat berkerdip menakar langit kelam
Perempuan itu masih memeluk senja
masi setia mendekap hening samudera rasa
dengan sesegukan pada seuntai lara
mencari makna di balik guratan jingga
Sesekali terdengar isak tangisnya
yang mencurah laksana dendang gerimis
yang menyanyikan tembang sukma lara
tentang kelu yang mendiami jiwa
Sumringah nadamu di ujung senja
telah mencairkan dingin yang membeku
pun ketika ronamu tertangkap cahaya
ia menciptakan sebait puisi indah
Perempuan dalam balutan sunyi
berdiam dipalung abadi jiwa
bercerita pada malam dengan sendu
menyembunyikan duka di balik abadi rindu
Perempuan dalam balutan sunyi
padamu satu tahtah jiwa meminta
menukarkan redupmu dengan binar milikku
agar senyummu menjadi surya di awal pagi menoktah
dan tawamu menjadi warna bagi pelangi di kerlip senja
24 JUNI 2014
Langit Sastra Jingga
Kembara Di Ujung Lara
Bak malam termangu di tinggal purnama
terguman rindu di bibir kembara
terhenti denyut di alirah darah
lalu bertanya ia pada sunyi yang menoktah
pun pada hening yang menjelma
Tak ada jawab...
Hanya senyap menggeluti malam
merapal kelam di balik cakrawala
pada detak waktu yang berputar
yang membisu di relung semesta
Dan
Ketika desah bayu menyenandungkan lara
menghibah nada pada serunai kembara
terlantun kesah menindih jiwa
nan melarung bersama tirta duka cita
Adakah ia dapat membasuh sepi?
Kembara bersimpuh di altar Tuhannya
mengadu ia tentang takdirnya
pada pencarian yang tak sudah
serta penantian yang berujung lara
Dan
Ketika malam semakin memekat
kembara tercenung di antara tanya
memeras kelam yang menyekat jiwa
tuk coba artikan sejatinya rasa
Tentang badai rindu yang melanda
tentang ombak derita yang mendera
tentang perjalanan bersimbah darah
tentang usia tertelan masa
jua sang waktu yang terus berganti warna
Dan adakah ia dapat menyingkap tanya?
Kembara tersenyum dalam heningnya
simpan rahasia di dada malam
titipkan derita di kelam langit
pelan berjalan mengejar fajar
menjemput embun kerinduan
yang tertancap di jantung pagi penuh sinar
23 JUNI 2014
BY : Langit Sastra Jingga
Pena Signora
terguman rindu di bibir kembara
terhenti denyut di alirah darah
lalu bertanya ia pada sunyi yang menoktah
pun pada hening yang menjelma
Tak ada jawab...
Hanya senyap menggeluti malam
merapal kelam di balik cakrawala
pada detak waktu yang berputar
yang membisu di relung semesta
Dan
Ketika desah bayu menyenandungkan lara
menghibah nada pada serunai kembara
terlantun kesah menindih jiwa
nan melarung bersama tirta duka cita
Adakah ia dapat membasuh sepi?
Kembara bersimpuh di altar Tuhannya
mengadu ia tentang takdirnya
pada pencarian yang tak sudah
serta penantian yang berujung lara
Dan
Ketika malam semakin memekat
kembara tercenung di antara tanya
memeras kelam yang menyekat jiwa
tuk coba artikan sejatinya rasa
Tentang badai rindu yang melanda
tentang ombak derita yang mendera
tentang perjalanan bersimbah darah
tentang usia tertelan masa
jua sang waktu yang terus berganti warna
Dan adakah ia dapat menyingkap tanya?
Kembara tersenyum dalam heningnya
simpan rahasia di dada malam
titipkan derita di kelam langit
pelan berjalan mengejar fajar
menjemput embun kerinduan
yang tertancap di jantung pagi penuh sinar
23 JUNI 2014
BY : Langit Sastra Jingga
Pena Signora
Langganan:
Postingan (Atom)