Jumat, 17 Oktober 2014

Syair Ombak Biru

Aku datang kepada laut,
kurasakan gelombang-gelombang panjangnya
bergemuruh dalam dadaku

Ia memainkan melodi ombak nan syahdu
lalu mengilhamkan maknanya kejantungku

Kala senja baru muncul dari bibir langit
Sinar surya jatuh diatas gaunnya yang biru
memoleskan warna merah tembaga
pada tiap lengkung riak dibuihnya nan putih

Angin genit berlarian diatas sayap gelombangnya
yang berkejaran menuju tepi
untuk memeluk pantainya yang anggun

Laut yang luas tak pernah tidur barang sejenak
ia senantiasa bergerak
dan bernyanyi riang dari pantai kepantai

Keluwesan terlihat dari gemulai jemarinya nan ombak
menari lincah bersama camar-camar hitam
yang berterbangan diatas permukaannya
yang tak perna diam dan tenang

Laut yang luas;
seluas kata yang tak perna habis menuliskan lekuknya
ia seumpama jantung yang terus berdenyut
yang berdetak kencang didada bumi

Malam yang sunyi tak bisa mematikan hasrat lagunya
karna ia seperti angin yang tak berhenti bernyanyi
terus terjaga sepanjang hari
untuk menemani pantainya yang sepi

28 Agustus 2014
@Pena_Signora

Kuakui


Kuakui;
aku telah tertinggal sangat jauh
disaat semua jiwa telah berubah menjadi kota
hatiku tetaplah desa yang lugu
yang tak perna tersentuh mesin-mesin waktu

Dan sementara semua orang
telah membangun dinding-dinding megah
bagi istana jiwanya
hatiku masihlah gubuk beralas jerami
yang tetap setia dengan kesederhanaannya

Sungguh kuakui;
aku telah ditinggalkan kereta peradaban
dan tercecer jauh dibelakang
seperti rumah kecil
yang tak bisa menjangkau atap-atap zaman

26 Agustus 2014
@Pena_Signora

Aksara Dibalik Dinding

Aku melihat kesedihan telah turun kejalan-jalan
ia datang dari balik tembok kota yang dingin
menyusup kedalam mulut-mulut trotoar

Aku melihat kesedihan menari diantara kerlip lampu jalanan
mementaskan seribu nestapa kehidupan

Kesedihan bukan lagi air mata
kini ia telah menjadi darah dalam darah
membeku disetiap nadi kota
menjadi racun dalam gelas-gelas berkaca

kemana kemanusian bersembunyi

Saat kereta kematian
telah menggelinding menembus rel-rel kelam peradaban
diantara kemegahan
yang tertidur pulas dibawa kaki zaman

kemana kemanusiaan bersembunyi

Saat serombongan burung gagak berkaok
mengintai dibalik jendela
memunguti darah-darah pesakitan yang tak lagi merah
saat srigala-srigala lapar
telah mengambil keringat dijantungnya

Wahai saudaraku yang merintih dipojok jalan
yang mengunyah nasi dengan mata berkaca
yang menanti pagi berselimut sisa gelisah

Matamu adalah belati
tajam menyayat
menusuk jantung matahari

Wahai saudaraku yang yang tertembus peluru waktu
yang menghitung-hitung hari dengan wajah membeku
yang duduk diam dipangkuan malam

Matamu adalah dendam
berkilat sunyi
membelah dada rembulan

26 Agustus 2014
@Pena_Signora

Minggu, 24 Agustus 2014

Menangislah Nak

Menangislah nak
menangislah
curahkan semua air matamu
biarkan ia bercerita dalam kesenduannya
tapi jangan perna mencela dirimu sendiri
ataupun mengutuk takdir yang kau jalani

Karna air mata juga datang dari rahmadNya
kau tak kan bisa menahan beban yang berat
tanpa mengurangi sedikit dari apa yang telah kau pikul
bukankah sungai-sungai juga meluap
bila disuruh menanggung semua duka derita bumi

Menangislah nak
tapi jangan kau benci kehidupan ini
karna kehidupan tiada bersalah padamu
juga tak perlu menyalahkan dirimu sendiri
karna segala sesuatu terjadi adalah atas kehendak langit

Menangislah
tapi jangan kau buat air matamu sia-sia

Tulislah kebijaksanaan pada tiap butiran air mata yang kau tumpahkan,
karna di sana ada cinta yang berdiam,
ialah kebekuan hatimu
yang telah dicairkan oleh api kepedihan

Ubahlah segala kegetiranmu menjadi senandung abadi
bernyanyilah semerdu-merdunya di balik kesunyian yang dalam
agar kau bisa merasakan betapa semua keindahan
sesungguhnya terletak pada hati yang bisa meraba
serta mendengarkan kidung rahasia langit
bergema syahdu dalam keheningan bathinmu

Menangislah nak
tapi jangan untuk masa lalu mu yang kelam
menangislah untuk cinta yang telah membangunkan kesadaranmu
dan melenyapkan semua beban dihatimu

Karna tanpa sentuhan kasih mesraNya
kau tak kan bisa merobah dinding duka cita
menjadi benteng kesabaran yang kokoh
serta menyanyikan kidung derita seperti dendang malam
yang berisikan zikir-zikir cinta penuh penghayatan

Menangislah nak
menangislah
curahkanlah semua air matamu
tapi jangan kau mengutuk nasibmu
atau menyesali kelahiranmu
menangislah untuk memohon petunjuk Tuhan
serta segala pengampunanNya
agar air matamu tak sia-sia
dan bathinmu menjadi tenang
dalam genggaman tangan perkasaNya

Bogor : 24 Januari 2014

Merpati Dan Sebuah Cerita

Dan langit pun kini memerah
ketika senja datang memadu warna
seiring desah merpati tua
yang mendendangkan kidung buana

Merpati tua bersayap sunyi
penghuni asli lembah mati
semenjak badai remukkan hari
tetap setia tak mau pergi

Merpati tua menghitung masa
bertengger sepi diatas tebing lembah
rindukan kisah cerita lama
saat musim seindah bunga

Merpati tua berkaca lara
memandang kosong arakkan mega
mencengkram senja dengan gelisah
dendangkan nada penuh luka

merpati tua mengibas resah
kepakkan sayap susuri lembah
rindunya kini tinggal cerita
sepi bernyanyi menembang duka

Duhai kau merpati tua
serak kicau mu arungi senja
lirikmu getir penuh derita
kisruh mengalun menampar lembah

Duhai kau merpati tua
kisahmu
kisahku
kisah kita sama
merindu pada sebuah masa
yang telah sirna dimakan usia

Duhai kau merpati tua
senja kita senja berdarah
senja hening galaukan jiwa
sepi sendiri tanpa cerita

Bogor : 19 November 2013

Neraka Disenyumku

Kematian tercium diujung-ujung penaku
maut bernyanyi diuntain syair tertulis
baitku bait yang hening
kelam terangkai dikertas sunyi kehidupan

aku bukan kekasih waktu
bukan juga perindu musim
aku adalah tinta merah
pelukis kata penuh luka

cakrawala...

akan kuhias wajah mu
dengan tembang-tembang berdarah
kan ku nyanyikan dendam
sebagai kidung paling indah
hingga waktu kan tertidur disetiap perputarannya
dan alam pun menjadi senyap karna gelisah

saksikanlah...

saat senyum pecinta berubah sinis menebar petaka
dingin berhembus membawa badai bencana
menelan habis keindahan bunga-bunga
dan menggantikannya dengan ratapan penuh duka

saksikanlah...

saat putih kan berubah hitam
sinar terang kan berganti kegelapan
kan kuciptakan neraka disenyumku
serta kebencian dimataku

Lelaki Dan Sepi

Lelaki dalam sepi
duduk diam diberanda hari
memandang senja yang berlari
dicengkram gelisah saat sendiri

Lelaki dibatas jenuh
hening terpaku diusik rindu
mendesah getir menghujat waktu
kala senja pelan berlalu

Lelaki tertebas masa
resah menembang lagu duka
serak merintih suaranya
kusut bermimpi tentang cinta

Lelaki resapi luka
cumbui derita dalam doa
hembuskan nafas padamkan lara
redamkan rindu dihatinya

Lelaki dalam sunyi
memeluk malam menebas perih
mendekap hitam mimpi-mimpi
terlelap hening mengejar pagi

Damailah Dalam Tembang-Nya

Lihatlah sayang
senja mulai meredup kini
temaramnya telah membungkus peluh kita
mari kita songsong malam yang menjemputnya

Dapatkah kau rasakan sayangku
kesejukan yang berhembus pada semilir angin
yang bertiup dirambut ikalmu
dan mendesah dalam lelah kita

Damailah sayangku

Damailah bersama malam yang hening
mari kita menunggu fajar esok hari
dengan hati yang sabar
serta jiwa yang tenang

Jangan menangis sayang
janganlah kau bersedih

Karna wajah yang berhias duka cita
laksana malam kehilangan rembulannya
mari duduk disampingku
dan berceritalah tentang sekawan bintang

Lihatlah sayang
begini indah malam terhampar
betapa kuasanya Tuhan yang menciptakan
pantaskah kita untuk melupakan nikmat dari rahmad-Nya

Bersyukurlah

Karna apa yang kita temukan dari duka cita kehidupan
adalah pengajaran bagi kesabaran kita
hati yang dipenuhi rasa sabar laksana cahaya
memberikan penerangan dalam bathin yang gelap
serta menuntunnya kepada jalan kebaikan

Ingatlah

Pohon duka derita yang ditumbuhkan diatas ladang kesabaran
akan menghasilkan rasa yang manis saat berbuah
semerbak keharumannya menyebar kepenjuru semesta
dan akarnya yang kokoh tak kan terpatahkan oleh badai kehidupan

Dia dapat hidup pada tiap musim tanpa tergoyahkan
tertawa bahagia pada musim bunga
dan tetap tersenyum manis pada musim kering
karna cinta semesta telah menguatkan doa dari kesabarannya

Bogor : 2 November 2013

Rindu Menembang Bulan

Dawai-dawai berdenting dalam lenggang tarian bulan
menyibak sunyi yang mendekam direlung malam
terangkai syair seindah tembang dan nyanyian

dilirihkan angin lewat liukan batang ilalang

merdu merayu gemerisik ranting diujung dahan
saat sang bayu bisikkan tembang sang rembulan
berdendang daun-daun dipucuk pohon bersiulan
senada suara malam yang melirih bersahutan

lembut menyusup pendar cahaya sinar rembulan
mengibas pekat yang menaungi wajah malam
terdiam tangis yang merintih rindukan terang
terukir rindu dalam kemilau sebuah bayang

pelan merayap suara jiwa tembangkan bulan
liriknya mengalun seindah dendang sang biduan
malam berjalan dalam simponi dan nyanyian
merengkuh kasih yang berbisik dikedalaman

Sudahi Perihmu Jiwaku

Sudahkah kau baca jiwaku
aksara yang dieja tanpa kata
tertulis pada bebatuan buana
dan tersusun tanpa bait

yang terangkai dalam kalimat sunyi
yang mendekam dalam selaksa hening
tergurat diuntaian waktu
pada kibasan detik yang berlalu

bacalah jiwaku....

untuk ribuan sepi tanpa makna
saat kau menangis diujung malam
pada sepenggal sesal yang kau biarkan
serta pada semua isak yang kau tahan

bacalah jiwaku....

bacalah dengan mata hatimu
saat pagi bernyanyi dalam setetes embun
pada setiap tarian bunga-bunga
pada lengkingan seruling gembala
yang mengalun diatas tebing-tebing lembah

bacalah jiwaku...

bacalah semua gelisahmu
saat waktu menguntai masa lalu
saat nafas tersengal ditangismu
saat belati waktu menyayatmu
hingga suara berubah jadi kelu

heninglah jiwaku....

heningkan air matamu
rebahkan penat pada makna diam
basuh duka dalam sukma malam
dan tersenyumlah memandang kenyataan

sudahi jiwaku....

sudahi semua perihmu
biarkan takdir yang akan membimbing langkahmu
seperti musim yang berjalan dalam kereta waktu
dan seperti waktu yang berdetak tanpa ragu

Mengeja Sepi

Tentang pena diujung malam
yang mengeja waktu pada bilangan kata
yang menasbihkan jiwa pada goresan aksara

dalam selembar kertas buram penuh noda

dan hanya coretan hening
yang tertulis tanpa warna
tergores tanpa nada
hilang ternggelam pada tinta kusut

ujung pena pada kertas malam
meliuk sunyi dalam tarian jemari
mengukir titik sebelum selesai
pada untaian syair yang belum usai

ujung pena goresan malam
merangkai sunyi dalam diam
kusam mengering pada tinta hitam
saat waktu kian mengelam

ujung pena inspirasi sunyi
bait pun terhenti pada titik sepi
hening terhanyut menguntai mimpi
saat letih mengoyak nurani

Jumat, 22 Agustus 2014

Cinta Dan Keyakinan

Bait ini masih mengisahkan tentang engkau dan aku
tentang kita...
yang mengais rindu dibebatuan aksara
yang tergores sunyi dalam sebuah coretan senja
kala cinta semakin kuat mencengkram jiwa

engkau dan aku...
adalah dua jiwa yang bernafas dalam rasa yang sama
suatu harapan...
yang selalu hadir dalam setiap lelap dan jaga

laksana jingga...
yang membias dalam pangkuan mega
engkau dan aku...
telah disatukan oleh jemari senja

kita adalah...
kenangan hitam masa lalu yang ingin tertawa bahagia dimasa depan
duka cita kehidupan,
telah kita lewati dengan segala pengorbanan

tak ada derita...
yang bisa mengusik sebuah keyakinan
karna engkau dan aku,
selalu seirama disetiap tembang serta nyanyian

Katakan Cinta Dalam Cinta-Nya

Ku katakan" aku rindu,
pada pendar senja yang memerah
pada setiap sunyi yang bertahta,
saat aksara mengeja kata
dan sang langit pun meng'ilhaminya

yang kutulis dalam kaca-kaca buana,
bersama rindu yang menumpah
serta cinta yang memeluk jiwa

ku katakan"aku ingin lenyap kedalam pendar cahaya
bernaung dalam sayap-sayap cinta dan kasih-Nya
mengeja senja yang mendekap mesra buana
saat jingga menari dalam bayang-bayang merah

padamu senja"aku ingin menulis sebait kata,
kata yang bernyanyi dalam senandung rasa,
yang menembangkan suara-suara cinta,
dari gelisah rindu yang mencengkram jiwa

untukmu senja"dalam hening serta sunyiku
ku kirimkan rindu pada setiap nyanyian cemara
kurasakan cinta pada kasih dan sayang-Nya
serta ku katakan cintaku dalam cinta-Nya

Suara Itu Suaraku

Aku rindu
pada suara-suara...

suara-suara
merdu yang bernyanyi pada dua puluh tahun
yang lalu
suara tawa
seorang bocah yang menelanjangi waktu

saat dia bermain dibawa terik mentari
saat dia tertawa bahagia merengkuh hari
tika dia menangis saat sendiri
dan saat dia tersenyum memeluk mimpi

suara itu adalah suaraku
suara kehidupanku
suara merdu
pada dua puluh tahun yang berlalu

tak ada
yang kulupakan pada setiap kisahnya
karna semua
bait-bait itu masih tersimpan pada ruang jiwa

pada setiap sunyiku
saat pena kehidupan menulis diatas kertas hening
saat malam menangis dicumbui bayang-bayang sepi
dan saat sang waktu menyanyikan lagu-lagu sedih

aku rindu
pada suara-suara....

suara-suara....
indah yang dilantangkan bocah lelaki bengal
suara yang keluar tanpa kepalsuan
yang disenandungkan dalam keceriaan
dan tak terusik oleh nada sumbang kehidupan

dan suara itu
adalah nyanyian indahku...

lagu merdu yang tercipta pada dua puluh tahun yang berlalu
yang terukir diatas lembaran kenangan
diceritakan oleh sang waktu
dan disenandungkan dalam jiwaku

Tentang Waktu

Pada selaksa musim yang telah berlalu
dalam setiap jejak-jejak yang terhapus
saat gelap serta terang datang bergantian
dan untuk semua waktu yang sudah
tertinggal

untukmu jiwaku....

Ingatlah pada setiap pintu yang perna kau
buka
pada setiap jalan yang pernah kau tempuh
yang onak serta durinya telah kau tebas
dan semua kerikilnya pun telah kau bersihkan

katakan wahai engkau jiwaku
jelaskanlah kepada mereka
kepada setiap jiwa yang ingin merenungkan
dan kepada setiap telinga yang ingin
mendengarkan

ceritakan tentang waktu
tentang pagi yang berembun
tentang senja yang temaram
dan tentang malam yang menghitam

dan apakah
yang dapat kau baca....
dari setiap
lembar cerita semesta....

coba
terangkan tentang pagi...

pagi selalu datang bersama air mata malam
yang menjelma kedalam sebentuk embun
tergenang dalam telaga fajar
bergulir lembut memeluk ranting dan daun

pagi itu laksana gelak tawa seorang bocah
yang mengukir keceriaannya pada lukisan buana
dalam suara polos penuh kewajaran
seperti bayi yang baru terlahir dari rahim zaman

terangkanlah
tentang makna senja....

senja adalah temaram yang meredupkan siang
saat mentari telah bersimpuh dalam sajadah waktu
sinarnya yang suram terhanyut dalam hening
sampai akhirnya hilang dan tenggelam

senja itu laksana siang yang telah menua
menasbihkan kebijaksanaan waktu pada sisa cahayanya
hening dalam segala kepasrahan
sampai sang malam datang menjemputnya

dan terangkanlah
tentang hening malam....

malam adalah kegelapan yang telah tertidur
menghitam dalam pekatnya waktu
dan hanya menunggu datang keputusan sang rembulan
diantara segala harapan akan hadirnya sebuah terang

rembulan hanya akan muncul pada malam yang telah dijanjikan
tidak untuk semua malam
karna seperti itulah takdir mengatur waktu
dan jemari semestalah yang akan menunjukkan semua kebenarannya

Purnama Terindah

Pendar purnama
terang berkilau cahayanya
menahtahkan rona
pada selaksa bintang sekitarnya

ingin hati
untuk bernaung dalam indahnya
lewati malam
bersama kemilau sinarannya

cahaya purnama
membasahi padang malam
asmara mendesah
mengulum rindu penuh harapan

lagu cinta
menabuh sunyi perjalanan
tinggalkan jejak
pada sepenggal nyanyian bulan

hamparan langit
membentang hening berkilauan
bintang berpijar
menyapu malam berkerlipan

tembang mesra
mengalun merdu dibibir bulan
sendu merayu
dalam dentingan dawai sang malam

Bahagia Dalam Rasa

Senja ini kita kembali tenggelam dalam ketakjuban
rasa takjub yang muncul dari balik rahasia hening
yang hanya bisa kita rasakan berdua
saat mentari mencumbu mesra kesunyian kita

engkau dan aku
saling bersandar kepada setangkai rasa
rasa yang bersemayam disetiap nafas kita
jiwa kita pun menyatu kedalam geloranya
menghirup aroma rindu yang menaburkan wangi cinta

apakah
kita sepasang kekasih?
aku rasa tidak!
kita lebih dari itu
karna kita hidup dari nafas yang sama
dan berdiam dalam hening yang sama

kita telah menjalani banyak suka duka berdua
tertawa dalam kebahagiaan yang sama
dan meneguk kesedihan dari air mata yang sama

sungguh kita tak kan perna terpisahkan
karna memang tak ada alasan untuk itu
sebab kita tak perna kecewa dengan rasa sakit
tidak perna nelangsa karna derita
dan nyanyian kita pun selalu seirama

sungguh kita akan selalu bersama selamanya
engkau dan aku
telah bahagia dalam buaian rasa

"Aku Lelaki Titisan Waktu

Aku lelaki yang terlahir dari rahim waktu
tumbuh besar dalam pangkuan sang malam
diasuh oleh jemari sunyi penderitaan
pada ranjang hening kehidupan

aku lelaki titisan musim gugur
beranjak besar dalam naungan badai
belajar bertahan dibumi yang mengering
dan memahami hidup dalam bimbingan takdir

aku dewasa dalam kebijaksanaan masa
belajar kuat bersama onak derita
tak kan menyerah walau terus terluka
sampai kematian datang merenggut jiwa

aku lelaki penghuni ruang semesta
meniti waktu dalam laksaan langkah
berkelana menembus setiap duri yang menerpa
diatas tanah yang mengering juga basah

aku lelaki putra dunia
telah terbiasa mengobati luka
tak perna menangis dihajar derita
karna memang tak lagi punya air mata

Cerita Dibalik Perjalanan Waktu

Sehelai daun jatuh kebumi
mengering terbakar sengatan matahari
dihembus angin senja yang lalu
menghilang sudah bersama cerita waktu

masa lalu adalah puing reruntuhan
kidung merdu yang disuarakan oleh bibir
masa depan
mengisahkan hitam putih perjalanan
dan menjadikannya abadi dalam kenangan

siapakah yang dapat mengambil hikmah?
mengambil pelajaran dari setiap kayuhan
langkah
karna waktu laksana nada penuh warna
suka dan duka menjadi lirik senandungnya

jiwa yang manakah,
yang akan tahan terhadap derita
lagunya sendu saat menhujam kedalam
sukma
liriknya tercipta dari goresan air mata
penuh luka disetiap kidung suaranya

tahukah kau wahai...

apakah yang akan menjadi tujuan langkah
bukan harta juga bukan tahtah dunia
karna semua hanyalah benda yang kelak kan
musnah

dan tahukah kau?

susah serta senang sama nadanya
semua tercipta karna bisikkan nafsu semata
nafsu hitam yang tak perna puas dengan
dunia
yang selalu menjadikan bahagia sebagai
alasan pencariannya

dengarlah kau wahai...

bahagia tak perlu dicari
juga tak kan bisa dibeli
karna bahagia adalah hati yang telah tercukupkan
dan senantiasa selalu mensyukuri nikmat Tuhan

Bisikkan Suara Semesta




Lirih angin berbisik kepadaku...
"hai kau anak manusia jadilah seperti aku,
memberi tanpa ingin meminta
mengasihi tanpa ingin dicinta
dan tak ada hutang piutang diantara kita

kelembutanku membelai segala penjuru bumi
aku bagaikan nafas alam yang bergemuruh
dijantung semesta

berhembus diatas ranting-ranting pagi
menyejukkan lorong-lorong siang
menciptakan senja yang damai dengan semilirku
dan menyusup kerelung malam tuk menemani lelapmu

lalu angin pun terus bergerak
mengarak awan hitam dan mengumpulkannya jadi satu
hingga akhirnya hujan pun mulai berjatuhan
dan bising suaranya berbisik kepadaku,
"Hai kau anak manusia jadilah seperti aku,
memberi tanpa ingin meminta
mengasihi tanpa ingin dicinta
dan tak ada hutang piutang diantara kita

aku datang untuk menghidupkan bumi yang telah mati
menghijaukan lembah-lembah gersang
dan memberikan sumber kehidupan bagi setiap makluk

lalu aku pun terdiam
sedangkan senja mulai tenggelam
dan akupun tertidur bersama nyanyian halilintar yang berdendang dilangit malam
sampai akhirnya fajar datang membangunkan
hangat sapaannya berbisik kepadaku,
"Hai kau anak manusia jadilah seperti aku
memberi tanpa ingin meminta
mengasihi tanpa ingin dicinta
dan tak ada hutang piutang diantara kita

"Tersenyumlah Laylaku

Bangunlah sayang
bangunlah
duhai laylaku...

lihatlah fajar telah mengulurkan benang terangnya
pagi pun datang membawakan dendang musim semi
sudah saatnya ladang kehidupan kita semai dengan cinta dan kasih

cintamu laylaku
juga cintaku
cinta kita yang terlahir dari rahim waktu
yang benihnya adalah jelmaan musim semi
saat sayap bahagia serta derita
membawa kita keruang tawa dan air mata

bangkitlah
duhai kau laylaku..

dengarlah angin musim mewartakan pertemuan
ketika muara kehidupan menyatukan tawar dan asin dilautan
seperti itulah dua hati bila telah dileburkan
hanya tersisa satu rasa yang tak bisa lagi terpisahkan

engkau rasaku
dan aku adalah rasamu...

kita telah ada
semenjak raga belum diadakan
karna kita adalah cinta
cinta yang telah dipertemukan kembali

senyumlah
tersenyumlah laylaku...

karna parasmu begitu cantik dalam keramahan
tatapan mu yang lembut begitu meluluhkan
membawa damai kerelung jiwa yang terdalam

Duuh...Semesta

Hati ku mengutuk hari
kebisuan ku memaki waktu
tak dapat kulihat keindahan tersenyum manis
jiwaku gelisah menatap langit
mata ku perih menyingkap kabut

Duuh..semesta...

Kemana langkah harus kuayun
kemana sayap hendak kurentang
jalan hidupku tiada bertujuan
aku terjerat belenggu masa lalu
pada rantai masa depan

Berhembuslah...

wahai kau angin empat penjuru
timur dan barat
utara juga selatan
bersapdalah pada setiap bisikan ranting
juga tarian rerumputan

tolong wartakan rinduku pada rembulan malam
pada gemintang putih dibalik awan
pada setiap laksaan jarak perjalanan
saat mimpi ku mulai terjerat nyanyian dendam

Duuh...semesta..

Dimanakah
putih cinta kau sembunyikan
tak bolehkah sedikit saja
ku menyentuh kelembutannya

Tidakkah kau dengar bathinku mengerang
kala sepi telah merembes dikaki waktu
saat kidung-kidung lama mulai menembang malam
dan menggetarkan jiwaku dengan nyanyiannya

dan tidakkah engkau tahu...

betapa malang hati yang perna dipatahkan
betapa pilu kala menahan perih kerinduan
saat mimpi telah menghilang
harapan pun tinggal rintihan

Nyanyian Dari Neraka

Ini bukan puisi cinta
ataupun syair kesedihan
tapi ini adalah dendang tanpa nada
kidung sendu yang bernyanyi dijiwaku

ini tentang sepenggal perjalanan
saat semesta kehidupan pertama kali merengkuh hidup
membimbingku dengan takdir yang telah tertulis
dan menuntun langkah ku kepada suka duka waktu

tahun demi tahun terlewati bagai hembusan angin
laksaan musim kulalui bertemankan air mata
belantara waktu kuterjang tanpa kenal lelah
tapi apa yang diharapkan tak perna bisa nyata

akan kubakar dunia ini dengan nyanyian angkara murka
kan ku nyalahkan api dendam sedalam samudera
biar berhenti semua kidung indah semesta
kan kuukir wajah cakrawala bertintakan darah

telanlah aku gunung-gunung kabut
hantam aku wahai badai halimun
hempaskan raga ku kecadas berbatu
tamatkanlah riwayatku saat ini
karna kemarahanku meminta tumbal nyawa

dengar sumpahku wahai angin empat penjuru
sumpah ini kutulis pada malam yang mendidih
tergores sunyi disetiap musim yang akan berjalan
kan kupastikan setiap langkahku membawa hawa kematian

Nyanyian Tentang Kebebasan

Usah resah kau dendangkan
mari bernyanyi tentang kebebasan
kita senandungkan kidung lautan
sambil menari tarian pedalaman

Gemulaikanlah langkahmu
ikuti lirik di tembangku
ini syair ombak biru
lagu riuh senja menabuh

Terbangkan sayap mungilmu
semesta merindukan kepakanmu
lintasi samudera waktu
sampai duka pergi berlalu

Lihatlah senja bertabur warna
berhias aroma jingga merah
begitu mesra dekap buana
peluk gelisah bunga- bunga

Dengarlah hingar desah bayu
semilir bernyanyi lagu merdu
tembangkan kisah biduan waktu
yang tak henti menembang rindu

Rindunya rindu kebebasan
bebas mengayuh biduk impian
lagunya tentang perjuangan
dalam sunyi perjalanan

Bogor : 2 November 2013

Bangunlah Hatiku

Bangunlah hatiku
lihatlah gerimis pagi ini membasahi tanah perbukitan
serta padang-padang sunyi yang terlupakan
saat langit telah mencurahkan kasih tulus
terhadap bumi kekasihnya

Dan dengarlah dari kejauhan
ketika sepoi angin musim semi menyenandungkan lagu penuh harapan
diantara lantunan doa lembah-lembah hening

Hari ini keharuan mewarnai wajah cakrawala
karna nafas kehidupan mulai bergerak lagi
berdenyut kencang dalam jantung belantara

Bangunlah hatiku
karna langit telah membuka pintu rahmadnya
dan semesta telah membentangkan sayap cintanya

Mari kita isi kehidupan ini dengan kerja keras
seraya menyemai benih-benih baru
dengan penuh rasa syukur
serta ucapan terima kasih
kehadirat Tuhan yang Maha pengasih
lagi Maha penyayang

Bangunlah hatiku
biarkanlah nyanyian sumbang hari kemarin
menjadi lirik sendu dalam tembang lagu kenangan

Dan mari kita iringi senandung merdu hari ini
dengan petikan kecapi harapan
serta kerja penuh kecintaan

Karna hanya dengan bekerja
maka kita dapat merasakan nikmat
dari semangat kehidupan

Keringat serta peluh yang terlahir dalam api semangat
laksana tungku perapian musim
yang membakar cinta serta gairah bunga-bunga
kala fajar pagi mencumbui mahkotanya
dengan kehangatan cahaya mentari yang tercurah

Bangunlah hatiku
bangkitlah segera
karna musim gugur sudah menanggalkan pakaiannya
dan musim semi telah mengenakan jubah indahnya



Tembang Signora
11 Januari 2014
By : Indra Signora

Lirik Dalam Jiwa

Syair hidup telah tertulis
bait-bait perjalanan telah dibacakan
simak dengan hati
renungkanlah diujung malam

Pada tiap jejak yang menapak waktu
untuk ribuan kata yang perna terucap kelu

Apakah sesungguhnya yang ingin kau raih !!
dan apa yang akan kau cari ?

Kemana pagi henda kau bawa
buatlah kereta dari gerak angin
melajulah bersama sayap-sayap waktu
tanpa memikirkan ini dan itu

Kau tak kan mampu melawan arus yang deras
maka ikuti saja kemana alirannya membawamu

Kemanakah siang hendak kau papah
janganlah kau sembunyikan wajahmu dari matahari
pun jiwamu harus dibakar

Panasnya api cinta siap melumatmu
janganlah lari dari padanya
karna kau tak kan hangus didalamnya

Kemanakah senja akan kau labuhkan
pergilah berlayar bersama biduk temaram

Arungi lautan jingga dalam susah serta senang
lalu lelapkan hatimu dalam sepoi anginnya
agar langkah mu semakin kuat menempuh malam

Dan dimanakah malam akan kau sandarkan
buatlah istana dari cinta yang hidup
yang bergemuruh didadamu

lalu ikutilah getaran bathin itu
karna dialah yang akan membawamu
kepada cinta yang bersemayam dihatimu

@Pena_signora

Tandus Dimusim Hujan


Tentang kata yang disembunyikan mawar pada tangkainya
saat duri tak lagi menjadi tameng
ketika dedaunan pun telah berubah warna
yang melayu dalam pelukan mentari pagi

Jua tentang aksara yang tersendat
terhenti dalam tanda tak berisyarat
yang meninggalkan teka-teki pada siang
sampai senja telah membayang

Dengarlah perempuanku...

Saat ini badai kehidupan tengah mengamuk
lautan jiwaku bergelora
ombak-ombaknya senandungkan lagu kematian
sedangkan syairnya dituliskan dengan pena api

Api yang menari di atas lembaran kertas kehidupan
yang membakar coretan masa lalu
hingga berubah menjadi serpihan-serpihan debu
dan debu itu berterbangan ke dalam lembaran hitam masa depan

Dengan apakah bait akan kutulis...

Sedangkan hatiku ingin berpuisi
haruskah aku menulis syair ini dalam kisah-kisah yang sedih
kisah yang dahulunya perna terjadi
dimana cinta hanya bisa ku impikan tanpa kumiliki

Dengan apakah waktu akan kulewati...

Sedangkan ladang jiwaku telah tandus dimusim hujan
bunga harapan pun berguguran di musim semi
hanya menyisakan tangkai-tangkai yang lapuk
di hamparan taman-taman suram kehidupan

@Pena_Signora

Merpati Dan Senja Gelisah

Desah bayu masih mengibas sunyi
ketika senja datang memadu waktu
seirama dengan kepak sayap merpati
yang menari bersama dendang laut biru

Senja memintal warna
mengulum senyum cumbu samudera
memeluk mesra tebing-tebing lembah
bernyanyi dengan merdu diranting sepi buana

Senja melakar nada
hantarkan rindu sekeping jiwa
melebur kedalam hening jingga merah
terukir bersama tarian merpati senja

Dan

Menarilah terus merpati senja
kabarkan cinta yang gelisah
kisahkan mimpi yang belum sirna
sampai malam datang mengusap lara

Bersenandunglah merpati senja
usap sepi yang membalut wajah buana
bercelotehlah tentang rindu di bias surya
sambut sang malam dengan sumringah tanpa resah

18 JULI 2014

Padamu Pemilik Sepi

Ku dengar senandung itu berdiam di balik kegelapan
menakar sepi pada hitam langit malam
mencurahkan gerimis duka penuh nestapa
bermandikan rintih pilu di matanya


Dan kala sang malam menggilas nada
ku dengar seseguknya pada alunan serunai lara
menitikkan sunyi di antara untai aksara
lalu berdiam ia pada cerita rindu yang tak sudah

Duhai kau pemilik sepi

Izinkanlah aku menjadi lirik pada tiap nada yang kau unggah
dan menyematkan canda diantara isak lara mu yang menghibah
padamulah segenab rasa menasbihkan putihnya cinta
menyerukan detak rindu yang tak lekang di makan masa

Duhai kau pemilik sepi

Izinkanlah diri ini
menjadi lirik dalam bulir air matamu
yang merinai rindu
pada tiap jejak langkah sang waktu
Jua jadi senyuman
dalam bahagia yang kau simpan

9 Juli 2014

Simponi Angin Dan Hujan

Kitik gemelitik
suara angin siut-siutan
hujan mulai turun
rumput ilalang menari-nari

sahut bersahutan
kilat dan petir menyambar-nyambar
burung bersiulan
diatas ranting kejar-kejaran

senja telah datang
saat langit kian menghitam
mentari tertutup awan
hanya tinggal secercah bayang

dingin menggelitik
ketika hawa menggigilkan
senja yang temaram
berganti mendung yang mengelam

desir-berdesiran
nyanyian angin patahkan dahan
daun berguguran
tinggalkan ranting berjatuhan

¤Indra Signora¤

Kepakkan Sayapmu Merpatiku


Terbanglah merpatiku
kepakkan sayapmu ditengah badai ini
karna pohon kehidupan ku tak bisa lagi
menaungimu
ranting ku telah berpatahan
daun-daun pun sudah berguguran
tak ada lagi tempat bertengger yang kokoh
untuk sepasang kaki mungilmu

bernyanyilah merpatiku
nyanyikan tembang indah sebelum kau berlalu
tinggalkan satu kenangan mu disini
dan taruhlah diantara cabang juga rantingku

nyaringkan kicauan mu
menarilah dengan sayap-sayapmu
kan kuiringi gemulaimu dengan sebuah tembang fajar
kisah tentang pagi
yang bersenandung dibibir sang mentari

jangan menangis merpatiku
dan janganlah kau bersedih
aku telah ikhlas bila ingin kau tinggalkan
biarkanlah kini aku sunyi sepi sendirian
menunggu musim semi menyanyikan tembang kehidupan

selamat jalan merpatiku
selamat terbang menuju lembah penuh harapan
semoga disana kau temukan kebahagiaan
bersama mimpi indah yang selalu kau rindukan

selamat berpisah merpatiku
tenanglah engkau dalam sunyinya perjalananmu
doaku kan bergema diantara kepakan sayap-sayapmu
kan kukenang kau disini
sebagai cinta yang perna kukasihi

¤Indra Signora¤

Tembang Lirih Suara Sukma


Bila tak lagi irama cinta merdu bersuara
biarlah sumbang nada waktu menikam jiwa
kan ku hayati nyanyiannya walau tak indah
sampai irama musim kelak berubah warna

Bila tak lagi suara rindu berbisik mesra
biarlah sunyi nyanyian hari heningkan langkah
kan kuteguk anggur derita dicawan jiwa
sampai waktu datang kembali menabuh bahagia

Bila tak lagi bunga jiwaku merekah indah
biarlah kasih berguguran ditangkainya
kan ku kubur setiap kenangan yang perna ada
sampai dendang musim kembali ceriakan masa

Bila tak tenang riak gelombang dalam jiwa
biarlah badai itu datang hantarkan tarian gelisah
kan kuhayati sakit perihnya tanpa kesah
sampai jemari takdir menggoreskan cerita lainnya

Bila tak subur ladang kasih tumbuhkan cinta
biarlah hati retak merengkah tercabik luka
kan kusimpan benih rindu dijantung rasa
sampai kelopak musim kembali wangi merekah

¤Nyanyian Jiwa¤
Oleh : Indra Signora

Rembulan Separoh

Aku berdiri dipuncak bukit
rembulan malam nampak separoh
bintang mengedip ditaman langit
menggoda lelap sang cemara

Bayang bulan menari-nari
sepotong sinarnya dialang-alang
dendang serangga riuhkan malam
iringi gemericik air pancoran

Gemulai angin mencubit ranting
daun-daun pun bersiulan
laksana serunai sang biduan
merdu merayu menggoda malam

Denyut waktu berlari kencang
mengejar pagi ditepian fajar
bulan separoh lenyap menghilang
bintang berlalu dibalik awan

¤Indra Signora¤

Maut Bernyanyi Dibebatuan



Aku berdiri diatas gugusan bukit masa depan
kutatap sunyi kabut kenangan dikejauhan
pohon-pohon mimpiku telah rontok ditelan
zaman
ranting dan daunnya kini bagaikan sampah
busuk

Aku keluar bersama halimun pagi
kala fajar menyembul malu dipuncak bukit
bocah gembala baru terbangun dari lelapnya
sekuntum melati pun masih bermandikan embun semesta

Tanganku gemetar meninju langit
luka menganga tercabik taring hitam
mengalirkan ribuan aroma kematian
tercium busuk diantara hembusan dendam

Wahai waktu mengelam
dengarkanlah dan dengarlah.....
inilah sumpah yang tertulis dihitam cadas
yang bernyanyi sendu memecah bukit batu
yang memadamkan rembulan malam
dan membuat pagi tak bersinar

akan ku ubah masa depan menjadi genangan darah
akan kurobek seisi alam tanpa rasa hiba
kan kujadikan musim semi seperti musim gugur
dan ku ubah wangi mawar menjadi bangkai busuk

Wahai waktu yang menghitam
dengarkanlah srigala lapar melolong digoa batu
matanya merah digenggam malam
dahaganya dahaga darah
nyanyikan dendam dari neraka

"Indra Signora Penyair Turin"

Rindu Tak Bertuan

Pecah fajar dini hari...

segumpal halimun terbang menuju langit
melintasi sunyi bukit-bukit batu
menyelimuti gunung-gunung keangkuhan
dan membimbing pagi kepadang-padang impian

Seekor merpati hinggap ditebing waktu
kepakkan sayap usangnya diranting jati tua
dendangkan lirih sebuah kidung lama
tentang kisah-kisah suram pengembara
dalam duka nestapa jiwa

Merpati dijati tua...

saksi bisu lembah-lembah mati
penyaksi kisah alunan musim
rindumu rinduku
rindu kita tak bertuan
serak menembang lirik kehidupan

Merpati titisan masa...

abadikan nyanyianmu dalam kenangan
hapuslah perih luka tak tertahankan
biarkanlah
rindumu rindu ku diam terbungkam
dan tergores sunyi diatas pualam zaman

Syair Dalam Badai

Tertulislah syair dalam badai
merentang kata bersayapkan gelisah
bergulung bait menghujam waktu
tertindas kalimat disayat rindu

pada angin resah disampaikan
pada karang duka dititipkan
lagu cinta tembang kenangan
liriknya sendu menikam jalan

diatas tebing-tebing bukit
senja menggurat cahaya merah
langkah mentari menapak lembah
suram berjalan mencengkram mega

nyanyian sumbang kembara waktu
lirihkan dendang sekeping rindu
rindu berpulang kemasa lalu
mengukir mimpi seperti dahulu

adakah jalan penuh warna
berhiaskan cahaya sinaran cinta
rinduku rindu menggenggam rasa
mengalunkan lagu nada gelisah

"Indra Alexi Signora"

Lagu Rindu Dari Sindang Darah

Angin gunung menyibak helai demi helai daun ilalang
seekor burung putih bersarang didalamnya
aku berjalan sendirian menguak embun
melangkah terseok menjelajahi pagi yang dingin

Kulihat sang fajar tertawa hambar
memandang kecut senyumku yang sinis menghujam
wajah langit bergelimang samar warna temaram
kabut putih melayang jatuh dipangkuan

Cahaya pagi telah membangunkan kesepian malam
dan suara-suara merdu bergema
bersenandungkan puja puji bagi Maharaja langit
tapi aku masih tak dapat menangkap semua keindahan
hatiku bergetar menahan rindu menyesakkan

Sudah berkali-kali kulewati tempat ini
tak terhitung banyak waktu yang kulalui dalam sunyi
betapa bosan kurasakan bila saat sendiri
kala bisikan rindu mengusik hari demi hari

Rinduku...

Aku merindukan senandung merdu kampung halaman
yang menari gemulai dilereng bukit kayu manang
juga petikan kecapi aliran sungai batang lengayang
yang berdenting mesra dalam kecipak air lubuk larangan

Aku merindukan dentuman ombak laut pesisir selatan
yang bertabuh riuh kehamparan dinding-dinding karang
juga nyanyian gembira bocah-bocah pedesaan
yang mengalun lantang menembang lagu penuh harapan

Dan

Aku merindukan semerbak wangi tanah tumpah darah
tempat tangis pertama kali mengoyak langit dunia
juga senyum mesra
dan panggilan lembut ayah bunda
serta belai kasihnya yang tercurah sepenuh cinta



Lagu Rindu
Dari Sindang Darah

23 Januari 2014

Air Mata Di Sindang Darah

Dari barat kujelajahi timur
mencarimu hingga keselatan
cinta yang kau sajikan
laksana sebuah lirik keindahan
yang mendendangkan
kidung penuh harapan

Kudatangi kotamu
tepat pada akhir tahun
kala hujan desember
tengah mencurahkan mimpi
serta mencumbui mesra wajah bumi

Dan

Kucoba ketuk jendelamu
beberapa kali
aku menunggu didepan pintu
tapi sayang
kau lebih suka mengunci dirimu

Kubiarkan dingin malam merobek kulitku
berharap kau datang memelukku
tapi sayang
kau lebih suka membiarkanku
dari pada menyapaku

Aku terkapar dalam bimbang ragu
keyakinan lenyap mengapung terbawa bayu
pelan kulangkahkan kaki meninggalkan berandamu
sambil menggenggam setangkai mimpi layu

Aku berlalu pada awal tahun
saat semilir angin januari
mendendangkan harapan baru
serta kepedihan dalam air mataku

Aku berjalan keutara
mengayuh takdirku dirimba penuh derita
semerbak bunga-bunga mulai mekar
kuncup melati baru tumbuh
tapi sang mawar tampak begitu angkuh

Kuremas hancur duri-duri mawar
dan kurelakan jemariku remuk didalamnya
kucium darah mengucur deras
kujilati bagai meneguk anggur musim semi

Aku tertawa lepas
berlari sempoyongan bagai keledei bodoh
meratap diatas bebatuan malam
menangis keras seperti bocah malang
dan bersyair pilu laksana pujangga dungu

Duhai langit coba lihatlah

Lihatlah kini duka menari
menghentak tarian seribu warna
mementas sunyi dalam hariban masa
kala mimpi berkaca lara
adakah nada bisa mengiringnya

Duhai langit coba dengarlah

Dengarlah duka sang pencinta
yang hancur lebur karna cinta
saat ranting harapan telah patah
jatuh terbuang kesindang darah


"Air Mata DiSindang Darah"
2 Januari 2014

Bukit Dendam

Di atas langit yang menghitam
pada kelam yang tengah menahtah malam
ketika mawar musim gugur memohon setetes hujan
kala lembah hijau telah tandus dan meradang

Katakanlah duhai angin yang berdendang

Katakan pada puluhan masa yang telah hilang
pada sang waktu yang telah melahirkan kebencian
saat kegelisahan merindukan wangi kematian
di atas bukit dendam yang tinggi menjulang

Dengarlah wahai cakrawala...

Akan ku buat tanah berwarna merah
merah yang tercipta dari genangan darah
darah yang mengalir dari dada sang durjana
yang tertawa renyah dalam sungging kemenangannya

Dengarlah wahai cakrawala...

Dengarlah sumpah tanpa hibah
terikrar dari jiwa penuh luka
jiwa yang telah jenuh menahan nyalah api derita
yang membakar perih menghanguskan sukma lara

Dengar kau wahai cakrawala

Dengarlah sumpah maut dari sindang darah
sumpah yang meminta laksaan nyawa
penuh dendam yang mengalir di matanya
dendam yang menghitam laksana bara neraka

4 JULI 2014

Senja Selarik Kisah

Senja telah memendar di segenap cakrawala
ketika jejak-jejak surya tengah memadu warna
menoktakan jingga pada hampar ladang buana
mengantar keindahan kedalam lirik senandungnya

Dan senja telah bernyanyi diantara lirih bayu
mengalunkan serunai damai hingga kepadang yang jauh
berbisik dengan mesra di atas samudera biru
kabarkan tentang malam yang menunggu ditebing waktu

Senja yang berdenting dalam petikan kecapi buana
menciptakan nada mesra selembut temaramnya
merdu bergema membuai sukma jiwa lara
yang menapak rindu ditiap kibas titik cahaya

Senja selarik kisah...

Bias sinar mu adalah semburat rasa
diujung cahaya telah kau sabdakan makna
tentang terang yang tak selamanya nyata
dan tentang redup yang menamatkan semua cerita

Senja selarik kisah...

Pendar mu adalah awal menuju sang malam
suram mu adalah hening bagi temaram
kau tinggalkan waktu dalam kerelaan
untuk memenuhi janji yang perna terikrarkan

Senja diujung kisah
kau adalah cahaya terakhir
yang meninggalkan kefanaan
untuk kembali menuju keabadian

Jambi : 25/07/2014

Mimpi Yang Terkenang

Tentang mimpi di gugusan masa
kala sunyi menggerogoti semesta jiwa
adakah lara menyingkap makna
untuk rindu di ujung surya menoktah

Dan...

Tentang aku yang tertampar jingga
terbungkam di antara kepingan cahaya
lalu membisu di sudut senja
dan menepi dibalik temaramnya

Duhai mimpi...

Adakah resah mu kan mereda
menciptakan damai diantara nada
karna ku tak lagi punya kata
seindah syair pujangga cinta

Duhai kau cinta...

Adakah lirikmu kembali bergema
saat kau goreskan cerita indah
seperti ukiran lembut musim bunga
yang penuh hiasan canda jua tawa

Dan

Adakah masa kembali datang
membawa senja yang terkenang
senja mesra yang telah hilang
sirna tenggelam di tebas zaman

15 JULI 2014

Rabu, 20 Agustus 2014

Kidung Sang Rembulan

Malam yang menjelma
dalam pendar cahaya rembulan
membiaskan binar terang
yang menyusup
dicelah ranting pepohonan

kibasan sinarnya
meluruh jatuh membasahi hamparan padang
menyatu bersama liukan tarian batang ilalang
dan menciptakan
warna perak berkilauan

malam tersapuh sunyi
tenggelam dalam hening telaga cahaya
mencumbu keindahan
yang disuguhkan bibir purnama
serta mereguknya laksana anggur cinta

malam menembang bulan
membisikkan lirik kasih dalam kerinduan
melantunkan binar cinta berpijaran
hanyutkan jiwa kedalam kidung dan nyanyian
yang melirih diujung sunyi malam

rembulan pun berlayar
berlabuh dikaki waktu saat tenggelam
hantarkan secarik rindu segenggam bayang
tinggalkan sekeping resah dikedalaman
yang bernyanyi sendu
dalam kemilau bilik sang fajar



Pena Signora

Tak Perlu Mawar Atau Melati

Aku tak memintamu untuk menjadi mawar
jua melati
yang selalu menebarkan aroma selaksa wangi
cukup menjadi tinta bagi pena jiwaku
karna aku ingin menulis banyak cerita indah bersamamu

cerita kehidupan yang penuh warna
yang setiap goresannya adalah suka duka
yang kisahnya adalah tentang kau
tentang aku
dan tentang nyanyian kita

aku tak memintamu tuk selalu katakan cinta
jua rindu
cukup sebuah senyuman yang bisa kubaca

karna mata jiwaku
akan menangkap ketulusannya
dan telinga bathinku
pasti mendengar kebenarannya

terkadang kita tak butuh banyak kata-kata
karna tak semua kata memiliki kekuatannya
tapi kita telah punya satu bahasa jiwa
bahasa tanpa kata
yang dapat dieja dengan senyuman
dan dimaknai dalam rasa

kau tak perlu menjadi mawar
jua melati
bagi segala semesta
cukup menjadi bagian dari musim

karna kita akan menempuh banyak perjalanan
dalam ukiran canda serta tawa
jua dalam tetesan air mata



Indra Signora

Ketika Aksara Merindu

Seiring malam menjejak semesta
diantara sepi mendiami hitamnya
terangkai rindu atas nama mu
yang tertera pada detak nadiku

Yang merintih disetiap desah
yang mengendap dalam rasa
yang bertahta dipalung jiwa
dan hadirkan resah nyanyian lara

Tahukah dirimu

seiring waktu menggerakkan masa
pada tiap putaran musim
saat hari berganti warna
kala pagi berkilau emas
ketika siang membakar buana
untuk senja yang gemilang
serta malam yang menyambutnya

Tak ada nada yang lebih merdu
melainkan hanya derai tawamu
dan tak ada pesona yang paling indah
selain hanya senyum diwajahmu

Dan tahukah dirimu

berjuta aksara sendu bernyanyi
menari gemulai bak tarian dewa dewi
menasbihkan rindu dalam sunyi
saat jarak semakin tak bertepi

Bogor : 1 November 2013

Indra Signora

Padamu, Kemarin Jua Esok

Padamu segala nestapa menjadi warna
kala rindu bernyanyi diantara tebasan masa
menembang segenab rasa dalam dera
untuk impi yang masih menyimpan kilau purnama

Padamu nada tak perna terjedah
pun syair menjadi untai irama
kala malam mulai menapak sunyinya
kau adalah bening yang bernyanyi disudut mata

Padamu cinta

Semua rindu menemukan suka duka nya
menangis serta tertawa dalam dekap kita
mengalirkan banyak cerita disetiap goresannya
yang menjelma dalam selembar aksara jiwa

Padamu cinta

Semua kata telah menjadi senandung nan abadi
yang mempuisi disetiap arak-arakan sunyi
mencipta dan mencipta gumpalan perih
pada rindu yang terhempas diakhir mentari

Dan padamu cinta
semua aksara merangkai kata dalam doa-doa malam
yang tersaji dibalik damainya impian
untuk kemarin yang telah jadi kenangan
pada esok yang tetap terisi lagu harapan

12 AGUSTUS 2014
Langit Sastra Jingga
(@Pena_Signora)

Nyatakanlah Duhai Perindu

Nyatakanlah duhai sang perindu
tentang sunyi yang menggenggam lara
pada lantunan nada aksara kelam
yang menghibah diatas puing-puing malam

Jabarkanlah duhai sang perindu
ukir kisah dibalutan masa
satukan mimpi dibatas purnama
singkap rahasia diujung cahaya

Pada segenab waktu yang menalar kisah
jedahkan duka wahai sang perindu
jedahkan isak yang tergenang
seumpama fajar pagi menghapus hitam malam

Pada segenab pagi yang bernoktah cahaya
lantangkanlah serunai abadi
yang menakar rindu tanpa air mata
untuk mendekap bahagia yang tak lekang

Dan pada terik siang yang nanar
kala lelah kaki terlangkahkan
yakinilah duhai sang perindu
bahwa senja akan datang membawa damai cahaya
sebagaimana ia menenangkan samudera dengan jingganya

22 JUNI 2014

Pena Signora

Tak Ada Lagi

Tak ada lagi nada berkelakar
pada lirih serunai yang tertindih
tak ada lagi lirik menyumringah
pada goresan syair yang telah kabur

Tertinggal hanyalah desahan malam
yang menyenandungkan rembulan merah
rembulan berdarah
rembulan yang kehilangan pijar cintanya

Tak ada lagi pagi menguning emas
pada gerimis mencurah tangis
tak ada lagi senja merona jingga
pada cakrawala berkabut duka

Yang ada hanyalah tarian luka derita
melenggangkan beribu nestapa
menghentak sunyi panggung semesta
dalam kisah cinta melara

25 JUNI 2014
Langit Sastra Jingga

Pena Signora

Perempuan Dalam Balutan Sunyi


Sunyi telah membalut segala desahnya
berguman tentang mimpi di ujung purnama
matanya yang seperti bintang
pucat berkerdip menakar langit kelam

Perempuan itu masih memeluk senja
masi setia mendekap hening samudera rasa
dengan sesegukan pada seuntai lara
mencari makna di balik guratan jingga

Sesekali terdengar isak tangisnya
yang mencurah laksana dendang gerimis
yang menyanyikan tembang sukma lara
tentang kelu yang mendiami jiwa

Sumringah nadamu di ujung senja
telah mencairkan dingin yang membeku
pun ketika ronamu tertangkap cahaya
ia menciptakan sebait puisi indah

Perempuan dalam balutan sunyi
berdiam dipalung abadi jiwa
bercerita pada malam dengan sendu
menyembunyikan duka di balik abadi rindu

Perempuan dalam balutan sunyi
padamu satu tahtah jiwa meminta
menukarkan redupmu dengan binar milikku
agar senyummu menjadi surya di awal pagi menoktah
dan tawamu menjadi warna bagi pelangi di kerlip senja

24 JUNI 2014
Langit Sastra Jingga

Kembara Di Ujung Lara

Bak malam termangu di tinggal purnama
terguman rindu di bibir kembara
terhenti denyut di alirah darah
lalu bertanya ia pada sunyi yang menoktah
pun pada hening yang menjelma

Tak ada jawab...

Hanya senyap menggeluti malam
merapal kelam di balik cakrawala
pada detak waktu yang berputar
yang membisu di relung semesta

Dan

Ketika desah bayu menyenandungkan lara
menghibah nada pada serunai kembara
terlantun kesah menindih jiwa
nan melarung bersama tirta duka cita

Adakah ia dapat membasuh sepi?

Kembara bersimpuh di altar Tuhannya
mengadu ia tentang takdirnya
pada pencarian yang tak sudah
serta penantian yang berujung lara

Dan

Ketika malam semakin memekat
kembara tercenung di antara tanya
memeras kelam yang menyekat jiwa
tuk coba artikan sejatinya rasa

Tentang badai rindu yang melanda
tentang ombak derita yang mendera
tentang perjalanan bersimbah darah
tentang usia tertelan masa
jua sang waktu yang terus berganti warna

Dan adakah ia dapat menyingkap tanya?

Kembara tersenyum dalam heningnya
simpan rahasia di dada malam
titipkan derita di kelam langit
pelan berjalan mengejar fajar
menjemput embun kerinduan
yang tertancap di jantung pagi penuh sinar

23 JUNI 2014
BY : Langit Sastra Jingga

Pena Signora