Minggu, 24 Agustus 2014

Menangislah Nak

Menangislah nak
menangislah
curahkan semua air matamu
biarkan ia bercerita dalam kesenduannya
tapi jangan perna mencela dirimu sendiri
ataupun mengutuk takdir yang kau jalani

Karna air mata juga datang dari rahmadNya
kau tak kan bisa menahan beban yang berat
tanpa mengurangi sedikit dari apa yang telah kau pikul
bukankah sungai-sungai juga meluap
bila disuruh menanggung semua duka derita bumi

Menangislah nak
tapi jangan kau benci kehidupan ini
karna kehidupan tiada bersalah padamu
juga tak perlu menyalahkan dirimu sendiri
karna segala sesuatu terjadi adalah atas kehendak langit

Menangislah
tapi jangan kau buat air matamu sia-sia

Tulislah kebijaksanaan pada tiap butiran air mata yang kau tumpahkan,
karna di sana ada cinta yang berdiam,
ialah kebekuan hatimu
yang telah dicairkan oleh api kepedihan

Ubahlah segala kegetiranmu menjadi senandung abadi
bernyanyilah semerdu-merdunya di balik kesunyian yang dalam
agar kau bisa merasakan betapa semua keindahan
sesungguhnya terletak pada hati yang bisa meraba
serta mendengarkan kidung rahasia langit
bergema syahdu dalam keheningan bathinmu

Menangislah nak
tapi jangan untuk masa lalu mu yang kelam
menangislah untuk cinta yang telah membangunkan kesadaranmu
dan melenyapkan semua beban dihatimu

Karna tanpa sentuhan kasih mesraNya
kau tak kan bisa merobah dinding duka cita
menjadi benteng kesabaran yang kokoh
serta menyanyikan kidung derita seperti dendang malam
yang berisikan zikir-zikir cinta penuh penghayatan

Menangislah nak
menangislah
curahkanlah semua air matamu
tapi jangan kau mengutuk nasibmu
atau menyesali kelahiranmu
menangislah untuk memohon petunjuk Tuhan
serta segala pengampunanNya
agar air matamu tak sia-sia
dan bathinmu menjadi tenang
dalam genggaman tangan perkasaNya

Bogor : 24 Januari 2014

Merpati Dan Sebuah Cerita

Dan langit pun kini memerah
ketika senja datang memadu warna
seiring desah merpati tua
yang mendendangkan kidung buana

Merpati tua bersayap sunyi
penghuni asli lembah mati
semenjak badai remukkan hari
tetap setia tak mau pergi

Merpati tua menghitung masa
bertengger sepi diatas tebing lembah
rindukan kisah cerita lama
saat musim seindah bunga

Merpati tua berkaca lara
memandang kosong arakkan mega
mencengkram senja dengan gelisah
dendangkan nada penuh luka

merpati tua mengibas resah
kepakkan sayap susuri lembah
rindunya kini tinggal cerita
sepi bernyanyi menembang duka

Duhai kau merpati tua
serak kicau mu arungi senja
lirikmu getir penuh derita
kisruh mengalun menampar lembah

Duhai kau merpati tua
kisahmu
kisahku
kisah kita sama
merindu pada sebuah masa
yang telah sirna dimakan usia

Duhai kau merpati tua
senja kita senja berdarah
senja hening galaukan jiwa
sepi sendiri tanpa cerita

Bogor : 19 November 2013

Neraka Disenyumku

Kematian tercium diujung-ujung penaku
maut bernyanyi diuntain syair tertulis
baitku bait yang hening
kelam terangkai dikertas sunyi kehidupan

aku bukan kekasih waktu
bukan juga perindu musim
aku adalah tinta merah
pelukis kata penuh luka

cakrawala...

akan kuhias wajah mu
dengan tembang-tembang berdarah
kan ku nyanyikan dendam
sebagai kidung paling indah
hingga waktu kan tertidur disetiap perputarannya
dan alam pun menjadi senyap karna gelisah

saksikanlah...

saat senyum pecinta berubah sinis menebar petaka
dingin berhembus membawa badai bencana
menelan habis keindahan bunga-bunga
dan menggantikannya dengan ratapan penuh duka

saksikanlah...

saat putih kan berubah hitam
sinar terang kan berganti kegelapan
kan kuciptakan neraka disenyumku
serta kebencian dimataku

Lelaki Dan Sepi

Lelaki dalam sepi
duduk diam diberanda hari
memandang senja yang berlari
dicengkram gelisah saat sendiri

Lelaki dibatas jenuh
hening terpaku diusik rindu
mendesah getir menghujat waktu
kala senja pelan berlalu

Lelaki tertebas masa
resah menembang lagu duka
serak merintih suaranya
kusut bermimpi tentang cinta

Lelaki resapi luka
cumbui derita dalam doa
hembuskan nafas padamkan lara
redamkan rindu dihatinya

Lelaki dalam sunyi
memeluk malam menebas perih
mendekap hitam mimpi-mimpi
terlelap hening mengejar pagi

Damailah Dalam Tembang-Nya

Lihatlah sayang
senja mulai meredup kini
temaramnya telah membungkus peluh kita
mari kita songsong malam yang menjemputnya

Dapatkah kau rasakan sayangku
kesejukan yang berhembus pada semilir angin
yang bertiup dirambut ikalmu
dan mendesah dalam lelah kita

Damailah sayangku

Damailah bersama malam yang hening
mari kita menunggu fajar esok hari
dengan hati yang sabar
serta jiwa yang tenang

Jangan menangis sayang
janganlah kau bersedih

Karna wajah yang berhias duka cita
laksana malam kehilangan rembulannya
mari duduk disampingku
dan berceritalah tentang sekawan bintang

Lihatlah sayang
begini indah malam terhampar
betapa kuasanya Tuhan yang menciptakan
pantaskah kita untuk melupakan nikmat dari rahmad-Nya

Bersyukurlah

Karna apa yang kita temukan dari duka cita kehidupan
adalah pengajaran bagi kesabaran kita
hati yang dipenuhi rasa sabar laksana cahaya
memberikan penerangan dalam bathin yang gelap
serta menuntunnya kepada jalan kebaikan

Ingatlah

Pohon duka derita yang ditumbuhkan diatas ladang kesabaran
akan menghasilkan rasa yang manis saat berbuah
semerbak keharumannya menyebar kepenjuru semesta
dan akarnya yang kokoh tak kan terpatahkan oleh badai kehidupan

Dia dapat hidup pada tiap musim tanpa tergoyahkan
tertawa bahagia pada musim bunga
dan tetap tersenyum manis pada musim kering
karna cinta semesta telah menguatkan doa dari kesabarannya

Bogor : 2 November 2013

Rindu Menembang Bulan

Dawai-dawai berdenting dalam lenggang tarian bulan
menyibak sunyi yang mendekam direlung malam
terangkai syair seindah tembang dan nyanyian

dilirihkan angin lewat liukan batang ilalang

merdu merayu gemerisik ranting diujung dahan
saat sang bayu bisikkan tembang sang rembulan
berdendang daun-daun dipucuk pohon bersiulan
senada suara malam yang melirih bersahutan

lembut menyusup pendar cahaya sinar rembulan
mengibas pekat yang menaungi wajah malam
terdiam tangis yang merintih rindukan terang
terukir rindu dalam kemilau sebuah bayang

pelan merayap suara jiwa tembangkan bulan
liriknya mengalun seindah dendang sang biduan
malam berjalan dalam simponi dan nyanyian
merengkuh kasih yang berbisik dikedalaman

Sudahi Perihmu Jiwaku

Sudahkah kau baca jiwaku
aksara yang dieja tanpa kata
tertulis pada bebatuan buana
dan tersusun tanpa bait

yang terangkai dalam kalimat sunyi
yang mendekam dalam selaksa hening
tergurat diuntaian waktu
pada kibasan detik yang berlalu

bacalah jiwaku....

untuk ribuan sepi tanpa makna
saat kau menangis diujung malam
pada sepenggal sesal yang kau biarkan
serta pada semua isak yang kau tahan

bacalah jiwaku....

bacalah dengan mata hatimu
saat pagi bernyanyi dalam setetes embun
pada setiap tarian bunga-bunga
pada lengkingan seruling gembala
yang mengalun diatas tebing-tebing lembah

bacalah jiwaku...

bacalah semua gelisahmu
saat waktu menguntai masa lalu
saat nafas tersengal ditangismu
saat belati waktu menyayatmu
hingga suara berubah jadi kelu

heninglah jiwaku....

heningkan air matamu
rebahkan penat pada makna diam
basuh duka dalam sukma malam
dan tersenyumlah memandang kenyataan

sudahi jiwaku....

sudahi semua perihmu
biarkan takdir yang akan membimbing langkahmu
seperti musim yang berjalan dalam kereta waktu
dan seperti waktu yang berdetak tanpa ragu